Penguasaan Diri

Baru-baru ini aku mengalami peristiwa besar. Peristiwa dimana aku tidak mendapatkan yang aku inginkan, yang aku impikan, yang aku cita-citakan. Peristiwa yang tidak dapat ku capai karena tidak ada dukungan. Hal yang diluar akal ku, dimana aku berfikir jika orang-orang di sekitarku juga mengasihiku seperti aku mengasihi mereka. Entahlah, mungkin aku salah berharap.
Aku merasa minder setelahnya, aku tidak banyak berinteraksi dengan orang-orang, baik di dunia nyata atau media sosial. Aku memilih mengurung diri di kamar ku yang nyaman, menikmati aku yang sendiri dan menyepi. Ingin berbagi, rasanya tidak akan ada yang bisa memahami. Pasti yang kudapatkan hanya keprihatinan. Seperti kebanyakan orang-orang alami.
Satu hal yang ku pelajari dari peristiwa ini adalah, “pengendalian diri”. Jika kita diajarkan di Alkitab bahwa adanya buah roh yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri. Hal paling akhir adalah penguasaan diri, suatu hal yang sering sekali ku abaikan. Beberapa kali aku berfikir, penguasaan diri adalah hal yang tidak sulit dilakukan, jadi tidak untuk diseriusin. Aku merasa bahagia, dan tidak perlu pengendalian diri.
Pengendalian diri menjadi suatu hal yang penting. Ketika kita menginginkan sesuatu, kita akan berusaha mati-matian untuk mencapainya. Banyak orang yang melakukan berbagai cara, baik dengan cara yang wajar atau diluar akal sehat. Hasilnya? Banyak yang puas dan ada yang menyesal. Kita terlalu memaksakan apa yang kita inginkan, walaupun kita tau hal tersebut tidak terlalu baik untuk kita. Demi suatu hasrat dan harga diri.
Persetan dengan harga diri. Saat ini banyak orang yang tidak memiliki harga diri, didukung oleh hasrat yang tidak akan puas untuk dipenuhi. Harga diri dikorbankan, tetapi gaya hidup dijunjung tinggi. Tidak seimbang. Penguasaan diri berhubungan dengan harga diri. Toh saat ini orang banyak yang “cerdas” yang mampu menilai. Lagian, banyak juga orang yang tidak terlalu acuh dengan apa yang terjadi dengan hidup mu.
Disaat mimpi ku tak tercapai, aku bercerita dengan keluarga ku. Mereka mengerti, mereka paham, mereka menghibur, mereka mencari solusi. Aku merasa tidak terlalu jauh dan rendah diri. Yang perlu ku lakukan adalah berbenah hati, walaupun sebenarnya sedang males untuk beres-beres. Untuk bisa menerima hasil dengan lapang dada adalah, dengan cara penguasaan diri. Kita bisa memaafkan orang lain, khususnya diri kita sendiri. Melupakan penyesalan yang mungkin akan berpengaruh dengan cara pandang mu.
Saat ini aku sudah bisa tersenyum dan menerima apapun yang terjadi sebelumnya. Aku sudah bisa bertemu dengan orang-orang yang telah membuat keputusan yang salah. Aku memaafkannya, tapi aku belum bisa melupakannya. Penguasaan diri dibutuhkan untuk jangka panjang. Aku tidak ingin disaat aku mampu, aku akan meminta mereka untuk memperbaiki hal yang sudah berlalu. Padahal aku sendiri tau, hal yang tidak bisa diulangi adalah waktu.
Semoga dengan menuliskan yang terjadi sebelumnya, bisa menjadi bagian dari penguasaan diri. Hati lebih bersih, kepala menjadi kosong. Memaafkan dan tidak untuk mendendam. Semoga.

LURUS

          Dewasa ini banyak sekali orang berdalih atau mengatasnamakan Tuhan. Jika terjadi sesuatu mujizat pada hidupnya, maka akan dikatakan atas kuasa Tuhan. Namun sebaliknya, jika keburukan yang terjadi, kuasa kegelapan, roh jahat atau apapun itu, sedang menguasai dan bekerja. Kasihan Tuhan dan malaikatnya jika selalu dipersalahkan dan mengatasnamakan NamaNya untuk segala aktivitas dan masalah kita.

          Misalkan saja, kita malas belajar dan memilih bermain game atau sosmed pada saat akan ujian. Sementara ekspektasi kita besar akan hasil ujian ini. Jika tidak berhasil dalam ujian tersebut akan muncul jawaban, Tuhan tidak berkehendak. Seolah-olah kita mencoba membesarkan hati dengan mengatasnamakan kehendak Tuhan.

          Saya pernah menonton film series “Lucifer”. Bercerita tentang penguasa bawah sedang berlibur. Dia lelah untuk disalahkan atas semua kesalahan yang dilakukan manusia. Ya seperti aku bilang diatas, kuasa kegelapan sedang menguasai, roh jahat sedang bekerja di hidupku, kalimat-kalimat mistis yang kita gunakan untuk melakukan pembenaran atas kesalahan yang kita buat yang dilakukan secara sadar.


          Maksud ku dari tadi adalah, jika terjadi sesuatu dalam hidup kita, cobalah berfikir bijak dan logis. Jika kebaikan yang terjadi, bersyukurlah. Jika kekurangan yang terjadi, minta untuk menjadi kuat. Jika kita melakukan kejahatan atau dosa, jangan langsung mengatakan atas kuasa si jahat. Minta maaflah, kepada yang tersakiti dan pemilik semesta. 

Di Demo FPI, Strategi Marketing Baru.




Siapa yang tidak tau FPI? Salah satu organisasi besar di Indonesia, berbasis agama yang mampu membuat banyak orang geleng-geleng kepala melihat aksinya. Bukan aksinya tidak bermakna, hanya saja sering tidak sesuai dengan etika. Aku bukan bermaksud untuk menjelek-jelekkan agama tertentu, karena FPI berlabel Islam (Front Pembela Islam), tapi lebih kepada FPI itu sendiri karena banyak aksinya anarkis dan kadang tanpa alasan yang jelas.

Aku tidak mau berkomentar banyak soal FPI, karena akan menimbulkan pembahasan yang panjang. Menyangkut soal agama cuy… Di Indonesia, hal yang paling penting dari segala yang penting adalah agama. Kamu akan dipandang dan diagungkan, jika paham dan mengerti soal agama. Termasuk memutar, membalikkan, dan memlintir ayat-ayat surga. Halah, jadi panjang kan… Padahal aku dari awal tidak ingin membahas soal mereka sang pemilik kunci surga.

Yang menjadi perhatian ku adalah, aksi FPI saat demo meminta penutupan warung BPK (Babi Panggang Karo) di Deli Serdang, Sumatra Utara. Ini link beritanya: http://suarasumut.com/arsip/rumah-makan-bpk-fpi-tutup-atau-kami-bertindak/. Saat aku cari di mbah google, media yang meliput berita ini kebanyakan media lokal. Media nasional sekelas Kompas atau Tempo, ga ada tuh. Tapi urutan paling atas ketika aku mengetikkan “FPI” di google, yang keluar adalah “FPI BPK”.  Sebegitu popular ternyata aksi ini.

Menurut analisa ku yang tidak penting, berita ini bisa naik ke permukaan dan menjadi popular karena beberapa faktor berikut:
  1. FPI menyerang warung makan yang biasanya dihuni oleh orang Batak dimana populasi orang Batak banyak yang “Parbada”. Bagaikan membangunkan macan, “Kau usik aku, retak dada mu Lae!” mungkin begitu ungkapannya.
  2. Populasi Batak menyebar dari Sabang sampai Merauke. Banyak orang Batak yang ngehits di sosial media, bahkan banyak yang jadi seleb intagram. Dan karena Batak yang Parbada tadi, maka berita ini bisa cepat muncul ke permukaan karena postingan di sosial media, dan obrolan “baba to baba”. Ingat berita Sonya Depari atau Florence Sihombing kan? Batak mereka itu…
  3. Babi yang merupakan hewan tempat Yesus membuang setan saat menyembuhkan orang yang kesurupan menjadi sangat fenomenal karena ada yang mengharamkan, tetapi ada yang mencap sebagai makanan terenak didunia, dan daftar menu utama di surga.

Nah, dari ketiga analisa yang tidak penting diatas tadi, poin utama yang ingin kusampaikan tidak ada di salah satunya. Aku ingin membahas tentang strategi marketing BPK. Yah, strategi penjualan suatu produk sehingga dapat dikenal dan diminati oleh masyarakat banyak. Loh, bagaimana bisa? Aku akan menjelaskan dan menarik benang merah dari awal tulisan ku.

Bagi penduduk Indonesia yang berjumlah +/- 250 juta jiwa, BPK singkatan (Babi Panggang Karo) tidak terlalu familiar. Orang-orang lebih mengenal BPK (Badan Pengawas Keuangan) terutama setelah akhir-akhir ini banyak diperbincangkan untuk mengaudit keuangan para pejabat-pejabat. Di Indonesia, Babi sering sekali diucapkan sebagai hinaan atau sumpah serapah, bertemanan dengan Anjing, Tai, Asu, Jancuk, dsb.

Sementara itu, BPK adalah makanan tradisional khas Karo yang cukup terkenal di kalangan orang Batak, dan beberapa suku lain yang pernah merasakan kenikmatan dari BPK ini. Walaupun rasanya yang khas dan fenomenal, BPK tentu masih membutuhkan strategi pasar untuk bisa mendapatkan tempat di lidah masyarakat luas, tidak hanya suku Batak saja.

Hubungannya adalah, ketika warung makan BPK di demo, maka perhatian publik akan teralih dan mau ga mau akan penasaran dengan rasa BPK ini. Seperti apakah rasa BPK ini hingga FPI mau membuang waktu dan energinya untuk aksi menutup warung makan ini?

Untuk membuat iklan di media elektronik seperti TV atau radio, pasti membutuhkan biaya yang besar. Mau endorse seleb-seleb instagram, juga membutuhkan biaya. Apalagi kalau seleb instagramnya penuh drama seperti Awkarin, bisa-bisa bukannya ngiklanin, malah dibuat jadi Vlog penuh drama. Jadi, strategi marketing yang paling murah dan mujarab untuk mengiklankan produk kita adalah: dengan memancing FPI melakukan aksi boikot terhadap produk kita. Ga usah khawatir, masyarakat Indonesia sudah paham dan bisa menilai FPI itu seperti apa.

Sadar ga sadar, FPI kalah banyak dalam hal ini. BPK semakin popular dikalangan masyarakat, FPI semakin dicaci maki karena aksinya semakin tidak penting seperti organisasinya. Yang ada, orang-orang akan berteriak untuk membubarkan FPI. Mungkin FPI bisa membuka jasa endorse atau jasa layanan boikot/pelarangan untuk menaikkan rating produk. Lumayan, untuk memberi nasi bungkus kepada laskar-laskar yang sudah lelah turun ke jalan, daripada ga ada kerjaan.


Selamat lah untuk nande-nande pengusaha BPK di Sumatra Utara sana. Naik ratingnya ku lihat, ga perlu ngiklanin atau minta endorse untuk jualannya. Semoga dengan berkembangnya usaha BPK ini, kami di perantauan ini bisa mencicipi BPK yang benar-benar BPK, bukan babi yang dibuat ala-ala BPK tapi rasanya bukan BPK. (pag)

BNI Peduli Lingkungan


            Menyimpan uang agar aman adalah kemauan banyak orang. Jika dulu orang menyimpan uang dengan menyimpan di dalam rumah atau di dalam celengan, saat ini orang lebih memilih untuk menyimpan di Bank. Selain lebih aman, juga lebih mudah jika kita mengambil jika kita membutuhkan. Tidak harus membawa uang cash, cukup ke ATM (Automatic Teller Machine) dan mengambil sejumlah uang yang kita inginkan sesuai dengan isi tabungan kita.
            Perkenalanku dengan menabung adalah sedari dini saat usiaku masih belia dan belum terlalu mengenal uang. Orangtuaku memperkenalkan aku dengan celengan dan kemudian menyisihkan sedikit dari jajan dan ditabung didalam celengan. Jika tabungannya sudah banyak, kita bisa membeli sesuatu yang kita inginkan. Begitu pesan orangtuaku yang mengajarkan tentang pentingnya menabung sedari kecil.
            Beranjak remaja, aku tidak menggunakan celengan lagi. Orangtua memperkenalkanku menyimpan uang di Bank. Bapak menyarankan untuk menabung di BNI, karena syaratnya mudah dan ada tabungan khusus pelajar. Pada saat itu aku hanya memiliki buku tabungan, tidak memiliki kartu ATM. Orangtuaku khawatir, jika aku memiliki kartu ATM, akan kurang terkontrol untuk menarik tabungannya. Aku bangga karena sedari remaja sudah memiliki tabungan sendiri.
            Pada saat kuliah, kampusku UNDIP bekerjasama dengan BNI untuk membuat tabungan mahasiswa. Fungsinya, saat membayar uang kuliah bisa otomatis untuk autodebet dan sekaligus menjadi KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). Wah, aku semakin menikmati sebagai nasabah BNI. Selain ATMnya mudah untuk didapat, potongan biaya admin perbulannya sangat sedikit. Cocok untuk kantong mahasiswa.
            Menjadi mahasiswa adalah suatu kebanggaan buat ku. Merasa sudah agak “dewasa” dan bisa menentukan keinginan sendiri tanpa harus mendapat banyak arahan dan intervensi dari orangtua. Pada saat menjadi mahasiswa aku aktif dalam kegiatan sosial dan lingkungan. Selain itu aku juga mencoba untuk berwirausaha. Tidak besar dan tidak memiliki penghasilan yang banyak, tapi cukuplah untuk menambah jajan dan tidak harus meminta dari orangtua.
            Dalam kegiatan sosial, aku aktif dalam berbagai organisasi. Dalam kegiatan lingkungan, aku memulai dari diri sendiri. Tidak banyak menggunakan kantong plastik dan kertas, tidak membuang sampah sembarangan dan menggunakan zat yang aman bagi lingkungan. Walaupun aku tidak bisa memperbaiki lingkungan kita yang semakin rusak, setidaknya aku tidak semakin merusaknya dan tetap menjaganya. Banyak hal sederhana yang kita lakukan, misalkan saja ketika berbelanja, kita bisa membawa kantong plastik sendiri. Selain itu, kita bisa memanfaatkan sisi kosong dari kertas bekas.
            Salah satu keresahanku dalam hal lingkungan adalah, penggunaan AC (Air Conditioner) di ATM. Kadang ACnya kelewat dingin, dan boros listrik menurutku. Selain itu, penggunaan kertas pada struk transaksi ATM. Kita tahu sendiri, untuk membuat kertas sering dilakukan penggundulan hutan. Sementara hutan adalah adalah tempat habitat hewan-hewan sekaligus menjaga kestabilan alam agar tidak terjadi banjir, longsor, kekeringan dan juga menjadi tempat pasokan Oksigen, zat yang kita gunakan untuk bernafas.
            Aku mulai tertarik ketika ATM BNI tidak selalu menggunakan kertas untuk tiap transaksi. Ketika melakukan penarikan yang kecil (misalkan jumlah Rp. 50.000 dan Rp. 20.000), maka ATM BNI tidak mengeluarkan struk. Tapi saldo terakhir akan ditampilkan di layar. Jika relative jumlahnya besar, maka akan ada pilihan ingin cetak struk atau tidak. Untuk transfer, tentu saja ada struknya karena sebagai bukti jika diperlukan.
            Hal sederhana ini sungguh sangat berpengaruh menurutku. Bayangkan, jumlah ATM BNI di seluruh Indonesia ada berapa (menurutku ATM BNI adalah yang paling mudah ditemukan di berbagai tempat) dan transaksi yang dilakukan perharinya bisa jutaan. Berapa pohon yang ditebang untuk kertas struk tersebut? Dari beberapa pengalaman, justru kertas struk sebagian besar akan dibuang kembali, dan akan jadi sampah. Merusak lingkungan juga bukan?
            Dengan kebijakan yang ditetapkan BNI seperti ini, aku sangat mengapresiasi BNI yang menjaga lingkungan. Bahkan aku belum pernah melihat bank lain yang memiliki kebijakan yang sama. Kertas struk akan terbuang percuma, lingkungan semakin tidak terjaga. Beberapa kali aku posting di sosial media untuk kebijakan ini. Aku sangat menggembar-gemborkan untuk selalu peduli lingkungan. Jangan gunakan struk ATM atau struk belanjaan mini market jika tidak terlalu dibutuhkan. Ada beberapa kawanku yang setuju dengan pendapatku ini, dan beralih ke BNI. Terutama untuk komunitas peduli lingkungan yang aku ikuti.
            Selain soal struk transaksi, aku juga mengetahui info bahwa BNI menerapkan sistem GO GREEN di lingkungan kerjanya. Untuk karyawan dan nasabahnya, BNI mengajak untuk mengajak menjaga lingkungannya. Secara internal, BNI meningkatkan kapasitas pengetahuan pegawainya dengan cara perilaku hidup hijau untuk pegawainya dan juga tindakan hemat energi. Pengetahuan ini bukan hanya untuk di lingkungan kerja BNI saja, tapi juga keseharian dari pegawainya. Aku dapat info ini dari temanku yang bekerja di BNI. Secara eksternal, BNI aktif dalam program-program peduli lingkungan, termasuk pemanfaatan energi lingkungan.       Untuk nasabahnya, BNI menyediakan produk dan layanan ritel yang mendorong gaya hidup hijau, seperti KPR Hijau, fitur adopsi orangutan dan penanaman pohon, serta layanan perbankan paperless (seperti yang aku jelaskan sebelumnya).
            Dengan fasilitas seperti ini, kita sebagai customer sudah bisa lebih bijak memilih dan menyikapinya. Karena usia bumi yang semakin renta, kita tidak bisa lagi seenaknya. Jika kita tidak bisa memperbaiki, setidaknya kita harus menjaga lingkungannya. Agar bumi bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi generasi penerus kita. Jika saya menjaga lingkungan dengan mendekat dan merapat atau menggunakan jasa kepada orang/lembaga yang juga peduli lingkungan, mungkin anda punya cara yang lain. Yang paling terpenting, mari kita bersama menjaga lingkungan kita. Salam Bijak Bestari..!!


Aku adalah Tinker Bell

          Dari kecil sangat menyukai cerita Disney. Jika dibandingkan, mungkin cerita kisah Bobo bisa menandinginya. Walaupun terkesan tomboy, tapi aku sangat menyukai penampilan Princess. Well, bukan aku yang menggunakannya. Aku hanya suka tokoh-tokoh princess yang anggun dan elegan. Aku sedikit tomboy tentunya.
          Tokoh Disney yang paling ku suka dari dulu, Kwik-Kwek-Kwak. Mereka sangat cerdas dan mandiri. Selain itu aku memang sangat menyukai anak kembar. Kalau filmnya, aku suka Frozen dan Tinker Bell. Wow! Hampir semua film Tinker Bell aku sudah menontonnya, dan lama-kelamaan aku mulai menyadari kalau aku seperti tokoh Tinker Bell. Karakter dan pembawaannya
          Tinker Bell adalah peri di dunia Pixie Hollow. Tink bertugas untuk menciptakan dan memperbaiki alat-alat di dunia Pixie Hollow, tentu saja Tink orang yang kreatif. Tink suka buat onar dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, namun disayangi banyak orang. Tink sedikit tomboy tapi masih menunjukkan sisi perempuannya, dan yang paling istimewa adalah, bajunya yang serba hijau.
          Aku paling suka hijau. Pernah setengah isi lemari ku serba hijau. Orang-orang mengatakan kalau aku sedikit tomboy. Tapi kalau disuruh memilih, aku lebih suka memakai dress daripada celana. Oke, kalau celana pendek aku suk, tapi kalau celana panjang, tidak! Aku suka buat onar? Hahahaha… mungkin keluargaku paham betul. Dari kecil aku dianggap paling suka menyusahkan. Pertanyaan banyak, rasa ingin tahu tinggi, dan kadan sedikit menyusahkan. Tapi tentu saja saja kreatif. Suka melihat barang-barang bekas yang bisa di berdayagunakan.

          Diantara semua tokoh Disney saat ini yang paling mendekati karakterku adalah Tinker Bell. Kalau kamu?

Aku dan Buku

Awal perjumpaan ku dengan buku, aku tidak tau persis kapan waktunya. Dilahirkan dengan kecerdasan yang (sedikit saja) diatas rata-rata, membuatku cepat membaca. Usia TK (3 – 4 tahun) aku sudah lancar membaca. Saat itu aku gemar sekali membaca buku-buku yang ada di sekolah ku. Pada umumnya buku yang berwarna-warni, memiliki gambar yang menarik. Usia SD, aku sudah melahap semua majalah langganan kakak-abangku. Saat itu kami berlangganan Bobo dan Donal Bebek. Biasanya aku membacanya di pojok rumah yang sepi, tanpa ada yang mengganggu. Saat itu jumlah majalah kami sudah lebih dari 1 lemari, aku bisa membacanya berkali-kali. Wajar ada beberapa cerita yang ku ingat sampai sekarang, misalkan saja salah satu cerpen/dongeng yang sangat menempel di kepalaku dengan istilahnya “Ting gegenting, perut ku sudah genting mau makan sudah lapar”.
            Selain majalah Bobo, aku juga suka membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia. Setiap bacaan di bukunya, aku baca sampai habis. Tidak mengherankan jika pelajaran Bahasa Indonesia, aku seperti mengulang kembali apa yang sudah ku baca, karena memang semuanya sudah ku baca. Bukan hanya buku pelajaran ku, tapi juga buku abang dan kakak ku, atau kadang adik ku. Sekedar bernostalgia dengan bacaan-bacaan ku sebelumnya.
            Beranjak SMP, bacaan masih belum banyak berubah, Bobo dan Disney. Kebetulan rumah dekat dengan Gramedia Gajah Mada Medan, jadi kadang sering kesana untuk sekedar membaca buku-buku tentang Biografi. Yah, aku memang sedari kecil suka dengan Sejarah. Buku di Negara ini cukup mahal, jadi untuk membelinya harus mempunyai uang yang lebih. Bacaan yang berpengaruh dan sedikit merubah sudut pandangku adalah, aku membaca novel “Sidney Sheldon – Kincir Angin Para Dewa”. Novel berbau dewasa, tapi alur ceritanya tidak biasa menurut ku pada saat itu. Selain itu, aku juga membaca novel stensilan, milik anak kos kami. Diawali dengan rasa penasaran banyak novel stensilan dikamarnya. Aku coba membaca satu, dan keterusan untuk membaca yang lainnya. Tentu saja ini tanpa diketahui sang pemiliknya. Wah, ini yang paling parah menurutku. Tapi aku tak pernah berhenti untuk membacanya.
            Di SMA, Bapak masih saja berlangganan Bobo, bukan majalah remaja lainnya. Selain itu, Mama juga punya majalah ibu-ibu, misalkan saja Femina dan Kartini. Tentu saja itu sudah aku baca semuanya dan beberapa karya Mira W aku baca saat SMA. Isi perpustakaan juga sudah aku baca beberapa, yang paling aku ingat adalah “Tenggelamnya Kapal van Der Wijk” yang setelah aku dewasa, ceritanya diangkat ke layar lebar. Koran juga tidak luput dari bacaanku, tapi aku biasanya tidak membaca soal Politik atau Ekonomi. Itu sangat membingungkan menurutku. Saat SMA aku juga menyukai buku Fisika, khususnya luar angkasa. Buku-buku pelajaran Fisika ku sangat sedikit menceritakan/menjelaskan tentang keinginanku. Lagi-lagi aku jalan ke Gramedia hanya untuk sekedar baca yang ingin ku tahu.
            Dirumah cenderung buku yang ada buku soal Ekonomi, karena kebetulan Bapak seorang guru Ekonomi dan dia juga pernah menulis buku pelajaran Ekonomi untuk SMA. Untuk membeli sebuah buku, aku perlu menabung dulu. Aku ingat, buku yang pertama ku beli adalah buku Harry Potter. Bapak sedikit marah karena menurutnya buku itu tidak terlalu bermanfaat.
            Pada saat kuliah, aku sudah punya uang jajan sendiri dan mau ga mau harus manage keuangan sendiri. Pernah pada suatu saat, buku Harry Potter baru saja luncur. Pada saat itu uang menipis, tapi sangat ingin beli. Dengan pikiran pendek, aku langsung ke Gramedia mempertaruhkan uang bulanan yang pas-pasan. Habis dari Gramedia, segera saja aku lahap tuh buku. Sehari semalam tidak keluar kosan hanya untuk menyelesaikan bacaannya. Bagaimana dengan makan? Aku ga akan ingat kalau bukan ibu warung depan kosan tidak mengingatkan. Selesai membaca bukunya, aku lirik buku Harry Potter seri-seri sebelumnya, dan lagi-lagi aku didalam kamar ga kemana-mana. Ga kuliah, ga hangout bareng teman. Selain itu aku juga sangat sulit dihubungi, sms ga di bales (pada saat itu masih bisa smsn saja, belum ada Whatsapp, BBM, Line atau lainnya) telepon ga diangkat, baik dari orangtua atau teman. Hampir seminggu aku “mendem” dikamar, hingga akhirnya sahabat ku Ridho datang ke kos dan mengajak ku keluar, makan katanya. Tanggapan Ridho pertama kali saat bertemu aku saat itu,”kuning kali muka mu, Ni. Uda ku duga kau pasti mengautis di kamar makanya ga keliatan dan ga bales sms”. Hahahaha… Itu bukan pertama dan terakhir ku lakukan. Sampai saat ini pun masih.
            Aku juga pernah beli buku loak di pasar. Dan itu pertama kalinya aku sadar kalau buku bagus juga banyak dijual bekas. Ga jarang aku borong bukunya, Doraemon dan Goosebumps yang paling sering aku borong. Karena untuk melengkapi serinya yang belum lengkap. Karena berkat beli di pasar loak inilah, koleksi buku ku menumpuk banyak. Jika diakumulasikan (yang tercecer dan yang lupa dikembalikan) mungkin ada 1 lemari besar.
            Selain berburu di pasar loak, aku juga suka berburu diskonan atau pameran buku. Biasanya harus sabaaaaaarrr banget kalau untuk cari buku bagus saat diskonan. Kadang aku juga dihadiahi buku oleh senior atau kerabat atau pada saat kegiatan seminar dan pernah juga dapat buku dari Gramedia karena menang lomba. Untuk kegiatan seminar, tidak semua buku yang ku baca, karena cenderung buku yang dibagikan adalah berbau motivasi. Aku paling tidak suka buku tentang motivasi dan sejenisnya. Menurutku itu hanya melambungkan angan ku saja, bukan mengajak ku berpetualang.
            Aku juga pernah membaca buku-buku mengenai Investasi. Ini ilmu yang sangat luar biasa menurutku diantara semua bacaanku. Referensi buku yang ku baca cukup banyak, dan waktunya juga tidak terbatas. Apa yang tidak ku sukai, menjadi sedikit ku pahami setelah memiliki kesempatan ini. Selain itu, aku juga mulai membaca buku filsafat dan politik. Yang belum aku sentuh sampai saat ini adalah buku mengenai hukum dan kedokteran. Ini bacaan cukup berat menurut ku.
            Dari semua jenis buku, aku lebih suka baca Novel (fiksi dan non fiksi) dan buku Sejarah. Untuk Sejarah, aku sangat menyukai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Karena sejarah bangsa ini banyak yang ditutupi, makanya ketika “menemukan” hal baru, aku akan sangat bergairah. Biografi juga aku suka, Sukarno, Inggit Ganarsih dan Nelson Mandela adalah favoritku. Kegemaranku akan membaca, membuatku menjadi satu-satunya anggota keluarga ku yang menggunakan kacamata. Dulu aku sering membaca sambil tiduran dan dengan penerangan seadanya. Dan kalau sudah tertarik dengan 1 buku, maka akan dibaca sampai tuntas, dan mengesampingkan kepentingan lainnya. Wajar jika minus mata sampai 2,75 (saat ini Mei 2016).

            Membaca adalah kegemaranku, buku adalah alatnya. Berusaha untuk tetap bisa untuk membaca buku. Apa saja, bukan harus bacaan yang disuka. Karena melalui buku, kita bisa mengenal dunia. Dan melalui tulisan, kita bisa dikenal dunia (aku juga suka menulis, lain waktu aku akan bercerita bagaimana hubungan ku dengan dunia menulis). pag

Doraemon vs Harry Potter

Di Indonesia lebih familiar dengan tokoh fiksi Doraemon. Tokoh Fujiko F. Fujio yang berasal dari Jepang ini selain ditayangkan setiap Minggu pagi, Doraemon juga sangat menggemaskan. Kucing gendut dengan warna biru mudanya. Sementara itu ada Harry Potter, tokoh fiksi ciptaan J.K Rowling yang berasal dari Inggris. Harry Potter lebih alami, berbentuk manusia dan diperankan oleh manusia, sementara Doraemaon sendiri adalah tokoh kartun yang berbentuk animasi.
Kenapa aku membandingkan Doraemon dan Harry Potter? Keduanya adalah tokoh fiksi favoritku. Aku sering berkhayal berada didunia mereka dan memiliki barang-barang yang ada didunia mereka. Di dunia Doraemon ada Pintu kemana saja, Mesin waktu, Senter pengecil, dan berbagai alat ajaib yang diciptakan dari masa depan. Sementara di Harry Potter, tentu saja yang menjadi favorit adalah tongkat sihir yang bisa melakukan banyak hal, bubuk floo, sapu terbang, dan lainnya. Berikut akan kita ulas antara Doraemon dan Harry Potter.
Alat Doraemon berasal dari masa depan yang dibawa ke masa kini. Disimpan didalam kantong kecil yang diletakkan di perut gembul Doraemon. Banyak barang menarik yang bisa menjadi pilihan. Pilihanku adalah, pintu kemana saja. Ingin rasanya kemana-mana tidak perlu menggunakan kendaraan. Selain aku tipe mabuk perjalanan, menggunakan kendaraan akan memakan waktu dan biaya yang banyak. Bayangkan saja jika aku ingin bertemu keluarga di Medan sementara aku ada di Medan. Dengan pintu kemana saja, cukup buka pintu sudah bisa bertemu mereka. Jika dengan kendaraan, menghabiskan biaya minimal Rp. 1jt dan waktu 6 jam (termasuk transit). Pintu kemana saja ini juga akan membantu pasangan-pasangan yang LDR.
Selain pintu kemana saja, ada mesin waktu. Kita bisa kemana saja di masa lalu atau masa depan sesuai dengan keinginan kita. Ada juga alat-alat lain yang menawarkan kemudahan. Hidup akan berasa lebih mudah dengan alat-alatnya Doraemon. Kekurangannya adalah, alat Doraemon sering mengalami kerusakan. Perawatannya juga tidak mudah, karena terbuat dari bahan yang canggih. Harga perawatannya juga tidak murah, dan harus pesan dulu jauh-jauh hari ke masa depan.
Alat Harry Potter? Keseluruhan berasal dari ciptaan masa kini tergantung dari kebutuhan. Favorit saya tentu saja tongkat sihir. Asal melafalkan mantra yang sesuai, maka apa yang kita inginkan bisa tercapai. Pekerjaan rumah bisa beres, kacamata yang pecah bisa utuh lagi, berpindah tempat, bahkan mengutuk orang juga bisa. Ada juga sapu terbang, kendaraan di dunia sihir. Hanya saja sapu terbang agak ribet dikarenakan membutuhkan waktu dan tentu saja harganya mahal (menurut keterangan di buku). Yang menjadi impianku adalah, batu bertuah. Dengan batu bertuah, kita bisa panjang umur. Memiliki batu bertuah dan tongkat sihir, nikmat apalagi yang kau dustakan kawan?

Jika disuruh memilih antara alat Doraemon dan Harry Potter, aku lebih memilih alat Harry Potter karena cenderung simple dan tidak terlalu banyak pilihan. Misalkan saja, dengan memiliki tongkat sihir kita sudah bisa melakukan berbagai hal. Kalau kamu, lebih memilih Doraemon atau Harry Potter? Apa favoritmu?

Adalah Dia

Kadang yang tidak kita sangka, mampu membuat kita nyaman. Dulu yang kita anggap hanya seorang adik dan ngegemesin, mampu membuat nyaman dan salah tingkah. Siapa menyangkanya? Siapa yang mampu memprediksi? Siapa yang mampu menolak?

Adalah dia yang tidak terlalu jauh dan cukup akrab. Cukup cuek dan sinis, namun mampu membuat tertawa. Karena dia yang ku kenal dulu, ga seperti ini. Aku tidak canggung dengan kesinisannya, tidak tersinggung dengan kecuekannya. Toh juga dia turut membantu.

Adalah dia yang tidak disangka untuk membuat nyaman. Sudah cukup lama kenal, sudah sedikit memahami, tapi tak pernah sedikitpun terbersit untuk merasakan kenyamanan itu. Kadang kita lelah mencari yang jauh, tanpa kita sadari yang dekat mampu menciptakan kenyamanan.

Adalah dia yang mampu membuatku melupakan keluh kesah akan masa depan dan masa lalu, walaupun sejenak. Sejenak yang membuat merasa nyaman saat berada bersamanya. Merasa masa depan bisa dilalui, masa lalu sudah dilalui dengan baik. Sejenak yang nyaman.

Merasa membutuhkannya, merasa hanya dia yang mampu membantuku menyelesaikan kesulitan-kesulitan kecilku. Moment-moment kecil mampu untuk membuatku tersenyum, moment besar membuatku tertawa ngakak. Seperti remaja saja.

Tidak mengharapkan kenyamanan itu akan ku rasakan sepanjang saat. Takut kenyamanan akan sirna jika mulai membicarakan hal yang serius. Aku menikmati kenyamanan yang seperti ini. Kenyamanan dalam diam, kenyamanan yang hanya bisa dirasakan sendiri. Biarlah kenyamananku menjadi urusanku, jika dia tidak nyaman, dia boleh pergi.


Adalah dia yang sudah lama kenal, dan menghadirkan kenyamanan beberapa waktu belakangan ini.

Review Buku “Animal Farm”



Libur sangat panjang ini, dapat kegiatan yang merupakan hobby lama yang sudah tidak lama dilakukan, yaitu; MEMBACA. Dapat bacaan menarik dari bung Dany Saragih berupa novel terjemahan berjudul “Animal Farm” karya Geroge Orwell. Bung Dany sendiri akan melakukan bedah buku di STT Abdiel, Ungaran hari Selasa nanti.
Aku juga mencoba melakukan hobby yang sudah lama sekali tidak dilakukan, yaitu: MENULIS. Jadi, mulai dari buku ini, setiap buku yang sudah dibaca akan ku coba untuk membuat reviewnya. Untuk sekedar catatan kecil kalau pernah baca buku ini. Selain itu, tentu saja untuk mengisi blog yang keseringan nganggur daripada ada isinya.
Awalnya aku beranggapan kalau novel ini semacam cerita dongeng yang penuh khayalan. Ternyata isinya sedikit menjaring nalar kita untuk berfikir dan tidak mentah-mentah menerima alur cerita yang dikisahkan sang penulis dan penokohan yang sedikit berbau satir. Siapa saja bisa merasa, siapa saja bisa mewakili, siapa saja bisa tertuduh.
          Buku ini mengkisahkan tentang kehidupan para binatang di suatu peternakan yang dinamakan “Peternakan Manor” dimiliki oleh Tuan Jones (bukan Jomblo Ngenes ah…) Dibawah kepemilikan Tuan Jones, binatang-binatang yang ada dalam peternakan bekerja banting tulang dan mendapat perlakuan tidak manusiawi (mungkin hewani yah?). Babi-babi akan di sembelih jika melewati usia 1 tahun, ayam-ayam dipaksa untuk bertelur setiap harinya agar dapat dijual dan memenuhi target konsumen, sapi-sapi setiap pagi diperah susu nya, demikian juga dengan domba, angsa, kambing, keledai dan seluruh penghuni Peternakan Manor.
Perubahan mulai terjadi ketika Mayor Tua bermimpi dan menceritakan mimpinya kepada seluruh penghuni Peternakan Manor didalam rapat para binatang. Mayor Tua adalah seekor babi yang dianggap tetua dan orang bijak dalam Peternakan Manor. Mayor Tua menceritakan bahwa dia bermimpi manusia akan hilang, dan binatang-binatang akan mempunyai kebebasan untuk hidup dalam keamanan dan keharmonisan. 3 hari setelah rapat, Mayor Tua meninggal. Didalam peternakan, babi adalah makhluk paling cerdas diantara binatang lain. Pasca kepergian Mayor Tua, kepemimpinan beralih kepada Napoleon dan Snowball, babi yang mengaggumi dan akan melanjutkan mimpi Mayor Tua. Rencana demi rencana disusun untuk melakukan revolusi di Peternakan Mayor, hingga akhirnya para binatang mengusir Tuan Jones dari Peternakan Mayor untuk memperoleh kebebasan mereka.
Peternakan Mayor pernah jaya, tapi Tuan Jones mengalami kegagalan dalam kesepakatan sehingga dia tidak terlalu punya banyak waktu untuk mengurusi peternakannya. Waktunya habis untuk minum dan meratapi nasib. Peternakan diserahkan kepada pegawainya yang juga lebih suka bersantai ria daripada harus repot mengurus peternakan. Kondisi seperti inilah dimanfaatkan para binatang untuk melakukan serangan dan mengusir manusia dari peternakan tersebut.
Pasca kepergian Tuan Jones, Peternakan Mayor diganti menjadi “Peternakan Binatang”, dipimpin oleh Napoleon dan Snowball, dan dikeluarkannya ‘7 Perintah” yang berisi antara lain:
1.     Apapun yang berjalan dengan dua kaki adalah musuh
2.     Apapun yang berjalan dengan 4 kaki dan bersayap adalah teman
3.     Tak seekor binatang pun boleh mengenakan pakaian
4.     Tak seekor binatang pun boleh tidur di ranjang
5.     Tak seekor binatang pun boleh minum alcohol
6.     Tak seekor binatang pun boleh membunuh binatang lain
7.     Semua binatang adalah setara.
Kehidupan di Peternakan Binatang berjalan lancar, panen melimpah, kebutuhan para binatang terpenuhi. Selain itu, Snowball juga mengajari para binatang untuk baca dan tulis, walaupun kemudian banyak binatang yang tidak bisa. Snowball terus melakukan inovasi untuk mengembangkan peternakan binatang dengan segala keterbatasan mereka. Tapi masalah mulai muncul saat kedua pemimpin selalu berbeda pendapat, baik saat rapat dengan para binatang atau rapat pemimpin. Napoleon mulai menentang ide, gagasan dan apapun yang dilakukan oleh Snowball. Puncaknya adalah saat ide untuk membuat Kincir Angin. Saat rapat berlangsung tentang keputusan pembuatan kincir anjing, Napoleon mengusir Snowball.
          Peternakan Binatang sudah tidak seperti apa yang diharapkan saat revolusi. Kepemimpinan Napoleon yang diktator, binatang bekerja lebih keras dari apa yang sudah disepakati, dan pelanggaran atas 7 perintah oleh Napoleon dan keluarganya. Akhir cerita, Napoleon membuat pertemuan dengan para pemilik peternakan tetangga. Didalam pertemuan itu tentu saja ada berbagai kesepakatan. Hingga akhirnya pada saat mereka bersantai sambil main poker, terjadi keributan sehingga para penghuni Peternakan Binatang tidak bisa membedakan mana manusia dan babi.
          Menurut bung Dany, novel satir ini menggambarkan keruntuhan Uni Soviet. Napoleon sendiri adalah Josef Stalin, Peternakan Binatang adalah Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet itu sendiri. Karena aku belum terlalu memahami sejarah Uni Soviet, aku coba membandingkan dengan kondisi Indonesia pada masa kejatuhan Sukarno. Bilang saja Tuan Jones adalah Sukarno yang sudah sakit-sakitan dan tidak bisa membuat peternakan sejaya sebelumnya. Peternakan kemudian direbut oleh Soeharto (tokoh Snowball aku belum menemukan posisinya dimana). Dimasa kepemiminan Soeharto, dia menjadi seorang diktator.
          Selain itu, aku bisa menarik kesimpulan jika tidak bisa adanya dualisme kepemimpinan (antara Snowball dan Napoleon). Siapa yang paling kuat, akan kemudian menyingkirkan lainnya. Bukan soal kualitas, kemampuan dan kapasitas lagi. Ini sudah berbicara soal ambisi.
Tokoh favoritku disini adalah Boxer. Seekor kuda gagah pekerja keras. Mottonya adalah “Aku akan bekerja lebih keras!”, tapi dia bodoh. Dengan segala kondisi disekitarnya, dia hanya bekerja sekeras-kerasnya sesuai dengan mottonya. Hingga akhirnya saat dia tidak mampu lagi, dia dijual oleh Napoleon. Tokoh Boxer sedikit menggambarkan orang-orang yang berada di strata sosial paling bawah, yaitu mereka yang bekerja keras tapi tidak mendapatkan hasil yang setimpal.
Diantara semua tokoh, yang paling mendekati dengan diriku adalah Benjamin. Seekor Keledai yang sudah tau ada yang tidak beres, namun lebih memilih diam untuk kenyamanannya. Dia pintar membaca situasi, namun tidak berusaha untuk mengubah sesuatu. Kadang aku memilih untuk diam, merasa masing-masing punya kesulitan sendiri, biarkan diselesaikan dengan bijak bestari.

Demikian review dari buku “Animal Farm”. Semoga akan ada buku baru lain dan aku akan mencoba mereviewnya untuk sekedar mengingat apa saja buku yang ku baca. Salam Kasih... (pag).

Kisruh Sonya Depari, “Anak”nya Arman Depari.

Kemarin muncul video yang diterbitkan oleh Tribun News tentang anak SMA di Kota Medan (kota tempat ku bertumbuh dan menghabiskan masa kecil dan masa remaja ku) yang terkena razia habis coret-coret setelah selesai UN. Sang anak tersebut yang tidak secara kebetulan berjenis kelamin perempuan, tidak terima jika nanti kemudian namanya akan muncul di media dan dengan lugas dan percaya diri dia mengaku anak dari Arman Depari, seorang perwira tinggi Polri yang sejak 27 Agustus 2014 mengemban amanat sebagai Deputi Bidang Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN). Kemudian pada malam berita itu tersebar muncul pengakuan dari Arman Depari kalau beliau tidak memiliki anak perempuan.
            Ada yang lucu disini, ketakutannya menjadi kenyataan. Bagaikan mimpi buruk, video itu muncul di berbagai sosial media yang ada. Dan tentu saja sebagai kebiasaan masyarakat Indonesia yang belum bisa menerima demokrasi karena belum berbanding lurus dan selaras dengan kecerdasannya, rame-rame membully sang anak. Belakangan diketahui nama anak tersebut adalah Sonya Sembiring, seorang model di Kota Medan, sekolah di SMA Methodist I Medan.
            Ada yang menarik disini, sebagai orang yang sudah lama tinggal di Kota Medan, “Anggar Keluarga”, sudah menjadi hal biasa. Apalagi kalau sedang berhadapan sama Polisi dan Birokrasi di Kota Medan. Kalau kau ga anggar keluarga, ga di terge lah di Medan. Di tilang seenaknya, ngurus dokumen sana-sini diperlambat, bahkan bisa ditolak. Makanya tidak heran kalau di Medan banyak polisi yang buncit. Kalau kata orang Medan, jalanan di Medan memang kejam. Masih teringat jelas sempat tersebar video ribut antara Tentara yang merasa tidak terima saat ditilang oleh Polisi. Pada akhir video sang polisi tunggang langgang kabur menghindari sang TNI.
            Bersama kita sudah sama-sama tau, ini jaman pencitraan dan menghakimi. Tidak terlepas dari Polisi. Bagaimana saya muak menonton acara 86 yang disiarkan NET TV, dimana mereka lebih memunculkan sisi baik Polisi, namun yang kurang baik tidak dimunculkan. Sudah hal biasa anak SMA habis melaksanakan ujian UN melakukan celebration dengan coret-coret dan jalan sambil konvoi keliling kota. Mungkin saat ini kita merasa, itu hal yang jelek, merusak moral bangsa, norak dan tidak memiliki etika. Tapi, berapa banyak dari kita yang juga melakukan hal yang sama? Saya semasa lulus SMA dulu, juga melakukan hal yang sama, mengabaikan himbauan orangtua, merasa menjadi orang merdeka, dan merasa keren sendiri. So, wajarkah jika mereka termasuk dek Sonya ingin merasakan hal yang sama seperti yang kita rasakan masa akhir SMA lalu?
            Ada yang salah disini, ketika Sonya yang masih muda harus mengalami bully dari banyaknya masyarakat Indonesia yang semena-mena menghujat dan menyalahkannya. Oh, bagaimana masa depannya, jika dalam masa mudanya dia sudah menerima hal tersebut? Patutkah hanya dia yang disalahkan? Apakah ini murni kesalahannya? Apakah peran polisi disini sudah benar? Ah, aku lelah menanggapinya. Kasian nasib dek Sonya… Semoga kamu tabah dan kuat dalam menghadapi orang-orang yang sedang menghakimi dan menghujatmu. Memang itu kesukaan dan kepuasan mereka (pag).

Kau Hadir Dalam Mimpi Ku.

Aku punya teman kerja bareng. Baru 2 bulan kenal, dan kontraknya juga hanya 2 bulan. Sebagai orang yang suka berteman dengan siapa saja, aku cepat dekat dengannya, dan tentu merasa nyaman. Sampai batas ini masih normal. Tak ada yang istimewa.
            Masa pertemanan kami yang singkat tentu saja ada beberapa hal yang lucu. Misalnya saja, dari beberapa obrolan kami, banyak yang dia suka, ternyata aku juga suka. Misalkan saja, bunga matahari, vespa, keju. Lucunya, ketiga hal yang aku sukai ini adalah semacam obsesi bagi ku semenjak kecil. Aku ingin ketika dewasa nanti punya taman bunga matahari, atau saat punya kekasih, dia memberiku bunga matahari, bukan mawar, krisan, atau bunga lain-lain. Diantara semua jenis motor, aku paling suka jenis Vespa. Klasik dan Simple. Keju? Aku memang lebih suka keju dibandingkan coklat. Aku suka asin, dibandingkan manis.
            Oke, sampai masa itu, menurut ku wajar saja. Tidak banyak orang yang memiliki kesukaan yang sama dengan ku. Kalaupun ada, tidak sebanyak ini. Apalagi dia menyukai bagian dari obsesi masa kecil ku. Dia teman yang baik.
            Saat kontraknya habis, yah sebagai teman sedikit merasa kehilangan. Masa 2 bulan cukup singkat, tapi sebagai orang yang sangat menghargai pertemanan, aku sangat menghargai 2 bulan itu. Menurut penelitian, kapasitas otak kita rata-rata mengenal 200 orang secara spesifik didalam ingatan kita. Jika ada 1 orang baru dalam kehidupan kita, maka secara otomatis akan ada 1 orang lama yang akan hilang dari ingatan kita secara random. Sampai kapan dia bertahan dalam 200 urutan acak itu, tergantung seberapa lama komunikasi berlangsung, dan berapa banyaknya jumlah pertemanan ku yang bertambah.
            Keanehan mulai terjadi. Saat pulang kerja dan merasa lelah, aku istirahat sejenak. Aku bermimpi, aku sedang bercengkrama dengan keluarga ku. Ada Bapak, Mama, Kak Iyen, Tere dan Gio dan dia. Kita bercengkrama dengan sangat lepas, bercanda, tertawa lepas, seperti masa dulu kita masih kumpul bersama. Yang aku masih sedikit bingung, kehadirannya. Bukan tidak diinginkan, tapi mengapa ada? Keluarga ku juga sangat menerimanya. Bahkan bapak yang sedikit protect sama kehadiran orang asing (terutama teman pria anak gadisnya), cukup menerima kehadirannya. Bapak & mama sangat rileks didalam mimpi itu, padahal mereka sudah di surga. Dan, sudah lamaaaaaaaa bgt orangtua ku tidak masuk dalam mimpi ku. Bahkan ketika aku merasa sangat merindukan mereka. Ketika aku bermimpi orangtuaku, kenapa ada dia?

Saat aku bangun, sudah maghrib. Dan menurut pengalaman ku, mimpi menjelang maghrib merupakan pertanda. Mimpi ku dulu sering jadi acuan mama untuk “pasang nomor”, dan mimpi ku sering seperti memberikan isyarat buat ku dan orang terdekat ku. Aku sedikit kepikiran dengan mimpi itu, karena akhir-akhir ini aku jarang mengingat mimpi sendiri. Artinya apa. (pag)