Review Buku “Animal Farm”



Libur sangat panjang ini, dapat kegiatan yang merupakan hobby lama yang sudah tidak lama dilakukan, yaitu; MEMBACA. Dapat bacaan menarik dari bung Dany Saragih berupa novel terjemahan berjudul “Animal Farm” karya Geroge Orwell. Bung Dany sendiri akan melakukan bedah buku di STT Abdiel, Ungaran hari Selasa nanti.
Aku juga mencoba melakukan hobby yang sudah lama sekali tidak dilakukan, yaitu: MENULIS. Jadi, mulai dari buku ini, setiap buku yang sudah dibaca akan ku coba untuk membuat reviewnya. Untuk sekedar catatan kecil kalau pernah baca buku ini. Selain itu, tentu saja untuk mengisi blog yang keseringan nganggur daripada ada isinya.
Awalnya aku beranggapan kalau novel ini semacam cerita dongeng yang penuh khayalan. Ternyata isinya sedikit menjaring nalar kita untuk berfikir dan tidak mentah-mentah menerima alur cerita yang dikisahkan sang penulis dan penokohan yang sedikit berbau satir. Siapa saja bisa merasa, siapa saja bisa mewakili, siapa saja bisa tertuduh.
          Buku ini mengkisahkan tentang kehidupan para binatang di suatu peternakan yang dinamakan “Peternakan Manor” dimiliki oleh Tuan Jones (bukan Jomblo Ngenes ah…) Dibawah kepemilikan Tuan Jones, binatang-binatang yang ada dalam peternakan bekerja banting tulang dan mendapat perlakuan tidak manusiawi (mungkin hewani yah?). Babi-babi akan di sembelih jika melewati usia 1 tahun, ayam-ayam dipaksa untuk bertelur setiap harinya agar dapat dijual dan memenuhi target konsumen, sapi-sapi setiap pagi diperah susu nya, demikian juga dengan domba, angsa, kambing, keledai dan seluruh penghuni Peternakan Manor.
Perubahan mulai terjadi ketika Mayor Tua bermimpi dan menceritakan mimpinya kepada seluruh penghuni Peternakan Manor didalam rapat para binatang. Mayor Tua adalah seekor babi yang dianggap tetua dan orang bijak dalam Peternakan Manor. Mayor Tua menceritakan bahwa dia bermimpi manusia akan hilang, dan binatang-binatang akan mempunyai kebebasan untuk hidup dalam keamanan dan keharmonisan. 3 hari setelah rapat, Mayor Tua meninggal. Didalam peternakan, babi adalah makhluk paling cerdas diantara binatang lain. Pasca kepergian Mayor Tua, kepemimpinan beralih kepada Napoleon dan Snowball, babi yang mengaggumi dan akan melanjutkan mimpi Mayor Tua. Rencana demi rencana disusun untuk melakukan revolusi di Peternakan Mayor, hingga akhirnya para binatang mengusir Tuan Jones dari Peternakan Mayor untuk memperoleh kebebasan mereka.
Peternakan Mayor pernah jaya, tapi Tuan Jones mengalami kegagalan dalam kesepakatan sehingga dia tidak terlalu punya banyak waktu untuk mengurusi peternakannya. Waktunya habis untuk minum dan meratapi nasib. Peternakan diserahkan kepada pegawainya yang juga lebih suka bersantai ria daripada harus repot mengurus peternakan. Kondisi seperti inilah dimanfaatkan para binatang untuk melakukan serangan dan mengusir manusia dari peternakan tersebut.
Pasca kepergian Tuan Jones, Peternakan Mayor diganti menjadi “Peternakan Binatang”, dipimpin oleh Napoleon dan Snowball, dan dikeluarkannya ‘7 Perintah” yang berisi antara lain:
1.     Apapun yang berjalan dengan dua kaki adalah musuh
2.     Apapun yang berjalan dengan 4 kaki dan bersayap adalah teman
3.     Tak seekor binatang pun boleh mengenakan pakaian
4.     Tak seekor binatang pun boleh tidur di ranjang
5.     Tak seekor binatang pun boleh minum alcohol
6.     Tak seekor binatang pun boleh membunuh binatang lain
7.     Semua binatang adalah setara.
Kehidupan di Peternakan Binatang berjalan lancar, panen melimpah, kebutuhan para binatang terpenuhi. Selain itu, Snowball juga mengajari para binatang untuk baca dan tulis, walaupun kemudian banyak binatang yang tidak bisa. Snowball terus melakukan inovasi untuk mengembangkan peternakan binatang dengan segala keterbatasan mereka. Tapi masalah mulai muncul saat kedua pemimpin selalu berbeda pendapat, baik saat rapat dengan para binatang atau rapat pemimpin. Napoleon mulai menentang ide, gagasan dan apapun yang dilakukan oleh Snowball. Puncaknya adalah saat ide untuk membuat Kincir Angin. Saat rapat berlangsung tentang keputusan pembuatan kincir anjing, Napoleon mengusir Snowball.
          Peternakan Binatang sudah tidak seperti apa yang diharapkan saat revolusi. Kepemimpinan Napoleon yang diktator, binatang bekerja lebih keras dari apa yang sudah disepakati, dan pelanggaran atas 7 perintah oleh Napoleon dan keluarganya. Akhir cerita, Napoleon membuat pertemuan dengan para pemilik peternakan tetangga. Didalam pertemuan itu tentu saja ada berbagai kesepakatan. Hingga akhirnya pada saat mereka bersantai sambil main poker, terjadi keributan sehingga para penghuni Peternakan Binatang tidak bisa membedakan mana manusia dan babi.
          Menurut bung Dany, novel satir ini menggambarkan keruntuhan Uni Soviet. Napoleon sendiri adalah Josef Stalin, Peternakan Binatang adalah Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet itu sendiri. Karena aku belum terlalu memahami sejarah Uni Soviet, aku coba membandingkan dengan kondisi Indonesia pada masa kejatuhan Sukarno. Bilang saja Tuan Jones adalah Sukarno yang sudah sakit-sakitan dan tidak bisa membuat peternakan sejaya sebelumnya. Peternakan kemudian direbut oleh Soeharto (tokoh Snowball aku belum menemukan posisinya dimana). Dimasa kepemiminan Soeharto, dia menjadi seorang diktator.
          Selain itu, aku bisa menarik kesimpulan jika tidak bisa adanya dualisme kepemimpinan (antara Snowball dan Napoleon). Siapa yang paling kuat, akan kemudian menyingkirkan lainnya. Bukan soal kualitas, kemampuan dan kapasitas lagi. Ini sudah berbicara soal ambisi.
Tokoh favoritku disini adalah Boxer. Seekor kuda gagah pekerja keras. Mottonya adalah “Aku akan bekerja lebih keras!”, tapi dia bodoh. Dengan segala kondisi disekitarnya, dia hanya bekerja sekeras-kerasnya sesuai dengan mottonya. Hingga akhirnya saat dia tidak mampu lagi, dia dijual oleh Napoleon. Tokoh Boxer sedikit menggambarkan orang-orang yang berada di strata sosial paling bawah, yaitu mereka yang bekerja keras tapi tidak mendapatkan hasil yang setimpal.
Diantara semua tokoh, yang paling mendekati dengan diriku adalah Benjamin. Seekor Keledai yang sudah tau ada yang tidak beres, namun lebih memilih diam untuk kenyamanannya. Dia pintar membaca situasi, namun tidak berusaha untuk mengubah sesuatu. Kadang aku memilih untuk diam, merasa masing-masing punya kesulitan sendiri, biarkan diselesaikan dengan bijak bestari.

Demikian review dari buku “Animal Farm”. Semoga akan ada buku baru lain dan aku akan mencoba mereviewnya untuk sekedar mengingat apa saja buku yang ku baca. Salam Kasih... (pag).