Jika ada pasangan yang paling romantis
sedunia, aku bisa katakan itu adalah kedua orangtuaku. Mungkin mereka memang
sudah berjodoh. Di takdirkan Tuhan untuk selalu bersama. Dari mulai kelahiran
dan kematian. Mereka selalu bersama dan saling menunggu. Mereka pasangan yang
benar-benar pasangan.
Bapakku, dalam berbagai kesempatan dan moment
Lorman Tua Girsang, Bapakku. Lahir
dengan bakat musik dan humorisnya. Semua orang yang dekat dengannya pasti
merasa terhibur. Parasnya tidak bisa dikatakan biasa saja. Dia menjadi salah
satu idola di lingkungannya pada saat itu. Selain itu, dia juga ahli olah raga.
Mungkin karena kebiasaan merokoknya, dia tidak terlalu kuat untuk melakukan
aktivitas olah raga berlama-lama.
Selain punya paras yang tampan, dia
juga mempunyai jiwa yang bertanggungjawab. Pada saat usianya belasan tahun
(mungkin sekitar 17-18 tahun), Bapaknya dipanggil Tuhan. Dia mempunyai adik 6
lagi. Mau tidak mau, beban keluarga dia tanggung bersama Ibunya. Karena didalam
keluarga Batak, lelaki adalah penanggung jawab keluarga. Pada saat itu,
dia adalah satu-satunya anak laki-laki yang
tidak pergi merantau. Alhasil, dia harus ikut banting tulang untuk menghidupi
keluarga.
Keluarga D.P Girsang bukan berasal
dari keluarga tidak mampu. Tapi yang namanya pengusaha, kadang mengalami pasang
surut dalam bisnisnya. Itu juga yang dialami Bapak saya pasca Bapaknya
meninggal.
Arni dan Mama, disaat-saat terakhirnya
Bernike Ida Manurung, Mamaku. Bisa dikatakan
dia adalah “kembang desa”. Parasnya yang cantik, tinggi dan dengan lesung pipi
menghiasi wajahnya, banyak kaum adam yang tertarik padanya. Ditambah dengan
latar belakang keluarga yang berada.
Mamaku termasuk orang yang cepat
bergaul dengan siapa saja. Dia juga pintar bernyanyi. Pada saat muda, termasuk modis
dalam berpakaian dibandingkan teman-teman sebayanya. Dia termasuk yang humoris,
selalu menyukai hal-hal yang dapat menghibur diri.
Kenapa aku katakan mereka berjodoh? Untuk
tanggal kelahiran, mereka sangat dekat jaraknya. Bapak, 15 Desember 1959 dan
Mama 31 Januari 1960, mereka dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatra Utara. Rumah
mereka juga sangat berdekatan. Bedanya hanya 1 gang saja.
Cinta mereka bersemi saat SMA. Dari cerita
yang ku dengar, mereka berpacaran lebih dari 4 tahun. Keduanya adalah tipe
pencemburu. Saat Bapak dekat dengan wanita lain, Mama pasti marah. Demikian juga sebaliknya. Jadilah mereka menghabiskan waktu
bersama agar mengurangi kecurigaan satu sama lain.
Keluarga Lorman Tua Girsang dan Bernike Ida Manurung
(atas dari kanan) Yenny, Ardo, Arni, Tere, Gio
(bawah dari kanan) Bapak dan Mama
Mereka menikah pada tanggal 26 Juni
1981 di GKPS Sudirman. Dikaruniai 6 anak, 4 putri dan 2 putra. Yenny Mastiur
Girsang (Yenny), Andi Girsang (Andi), Lihardo Girsang (Ardo), Pahlawarni
Girsang (Arni), Theresiani Girsang (Tere) dan Giovanni Girsang (Gio). Namun,
sebelum Ardo lahir, Tuhan lebih dahulu memanggil Andi.
Kenapa aku
katakan mereka romantis? Dalam setiap rumah tangga, selalu ada pasang surut. Tapi
mereka selalu melewati bersama dalam suka dan duka. Bagaimana mereka saling
mensuport satu sama lain. Tidak terucap di bibir, tapi lewat perhatian dan
pengertian. Aku suka tersenyum kalau ingat betapa mesranya mereka naik vespa
berdua jika pergi Gereja.
Salah satu
support yang dilakukan adalah, saat Bapak mengambil gelar sarjananya di Padang
sekitar tahun 1995-1997. Mama langsung bertindak menjadi tulang punggung
Keluarga. Dia menghidupi kami serta mengajari kami banyak hal. Pada saat itu
adalah krisis bagi keluarga kami. Kami tidak bisa hidup hanya dari gaji seorang
PNS Guru SMA. Biasanya Bapak mencari penghasilan tambahan lain.
Hal yang
dilakukan Mama adalah, berjualan kangkung! Setiap hari kita ambil kangkung di
ladang. Ambil-Ikat dan hitung hingga 100 ikat. Besoknya Mama akan jual ke
pasar. Tapi hal itu dibuat Mama bukan menjadi derita buat kami. Setiap weekend dia buat acara seperti
kumpul-kumpul untuk makan bersama, atau mandi di sungai sambil membawa bekal.
Ada hal
romantis lain yang sangat kuingat. Saat itu akan ada hajatan, kita masak besar.
Mama menitipkan kepada Bapak nasi yang sedang dimasak untuk diperhatikan jangan
sampai gosong. Ternyata Bapak lalai. Jadilah sedikit keributan, sampai mama
jengkel. Untuk meredam itu, Bapak peluk Mama dan minta maaf. Setelah itu mereka
tertawa bersama.
Kenapa aku
katakan mereka ditakdirkan untuk selalu bersama? Selain mereka dilahirkan
dengan waktu yang berdekatan, mereka juga dipanggil dengan waktu yang
berdekatan. Bapak dipanggil Tuhan lebih dahulu, 25 Oktober 2012. Sepertinya Mama
tidak mau berpisah terlalu lama dengan Bapak. 7 Maret 2014 pun, dia segera
menemui jodohnya. Kali ini, mereka merayakan ulang tahun pernikahan di surga.
Selamat Ulang Tahun Pernikahan, Mom...
Dad... Kalian selalu ada dihatiku.
Miss u,
Mom... Dad...
Love u,
Mom... Dad... (arni girsang)
Mengunjungi makam orangtua sebelum kembali ke perantauan