BNI Peduli Lingkungan


            Menyimpan uang agar aman adalah kemauan banyak orang. Jika dulu orang menyimpan uang dengan menyimpan di dalam rumah atau di dalam celengan, saat ini orang lebih memilih untuk menyimpan di Bank. Selain lebih aman, juga lebih mudah jika kita mengambil jika kita membutuhkan. Tidak harus membawa uang cash, cukup ke ATM (Automatic Teller Machine) dan mengambil sejumlah uang yang kita inginkan sesuai dengan isi tabungan kita.
            Perkenalanku dengan menabung adalah sedari dini saat usiaku masih belia dan belum terlalu mengenal uang. Orangtuaku memperkenalkan aku dengan celengan dan kemudian menyisihkan sedikit dari jajan dan ditabung didalam celengan. Jika tabungannya sudah banyak, kita bisa membeli sesuatu yang kita inginkan. Begitu pesan orangtuaku yang mengajarkan tentang pentingnya menabung sedari kecil.
            Beranjak remaja, aku tidak menggunakan celengan lagi. Orangtua memperkenalkanku menyimpan uang di Bank. Bapak menyarankan untuk menabung di BNI, karena syaratnya mudah dan ada tabungan khusus pelajar. Pada saat itu aku hanya memiliki buku tabungan, tidak memiliki kartu ATM. Orangtuaku khawatir, jika aku memiliki kartu ATM, akan kurang terkontrol untuk menarik tabungannya. Aku bangga karena sedari remaja sudah memiliki tabungan sendiri.
            Pada saat kuliah, kampusku UNDIP bekerjasama dengan BNI untuk membuat tabungan mahasiswa. Fungsinya, saat membayar uang kuliah bisa otomatis untuk autodebet dan sekaligus menjadi KTM (Kartu Tanda Mahasiswa). Wah, aku semakin menikmati sebagai nasabah BNI. Selain ATMnya mudah untuk didapat, potongan biaya admin perbulannya sangat sedikit. Cocok untuk kantong mahasiswa.
            Menjadi mahasiswa adalah suatu kebanggaan buat ku. Merasa sudah agak “dewasa” dan bisa menentukan keinginan sendiri tanpa harus mendapat banyak arahan dan intervensi dari orangtua. Pada saat menjadi mahasiswa aku aktif dalam kegiatan sosial dan lingkungan. Selain itu aku juga mencoba untuk berwirausaha. Tidak besar dan tidak memiliki penghasilan yang banyak, tapi cukuplah untuk menambah jajan dan tidak harus meminta dari orangtua.
            Dalam kegiatan sosial, aku aktif dalam berbagai organisasi. Dalam kegiatan lingkungan, aku memulai dari diri sendiri. Tidak banyak menggunakan kantong plastik dan kertas, tidak membuang sampah sembarangan dan menggunakan zat yang aman bagi lingkungan. Walaupun aku tidak bisa memperbaiki lingkungan kita yang semakin rusak, setidaknya aku tidak semakin merusaknya dan tetap menjaganya. Banyak hal sederhana yang kita lakukan, misalkan saja ketika berbelanja, kita bisa membawa kantong plastik sendiri. Selain itu, kita bisa memanfaatkan sisi kosong dari kertas bekas.
            Salah satu keresahanku dalam hal lingkungan adalah, penggunaan AC (Air Conditioner) di ATM. Kadang ACnya kelewat dingin, dan boros listrik menurutku. Selain itu, penggunaan kertas pada struk transaksi ATM. Kita tahu sendiri, untuk membuat kertas sering dilakukan penggundulan hutan. Sementara hutan adalah adalah tempat habitat hewan-hewan sekaligus menjaga kestabilan alam agar tidak terjadi banjir, longsor, kekeringan dan juga menjadi tempat pasokan Oksigen, zat yang kita gunakan untuk bernafas.
            Aku mulai tertarik ketika ATM BNI tidak selalu menggunakan kertas untuk tiap transaksi. Ketika melakukan penarikan yang kecil (misalkan jumlah Rp. 50.000 dan Rp. 20.000), maka ATM BNI tidak mengeluarkan struk. Tapi saldo terakhir akan ditampilkan di layar. Jika relative jumlahnya besar, maka akan ada pilihan ingin cetak struk atau tidak. Untuk transfer, tentu saja ada struknya karena sebagai bukti jika diperlukan.
            Hal sederhana ini sungguh sangat berpengaruh menurutku. Bayangkan, jumlah ATM BNI di seluruh Indonesia ada berapa (menurutku ATM BNI adalah yang paling mudah ditemukan di berbagai tempat) dan transaksi yang dilakukan perharinya bisa jutaan. Berapa pohon yang ditebang untuk kertas struk tersebut? Dari beberapa pengalaman, justru kertas struk sebagian besar akan dibuang kembali, dan akan jadi sampah. Merusak lingkungan juga bukan?
            Dengan kebijakan yang ditetapkan BNI seperti ini, aku sangat mengapresiasi BNI yang menjaga lingkungan. Bahkan aku belum pernah melihat bank lain yang memiliki kebijakan yang sama. Kertas struk akan terbuang percuma, lingkungan semakin tidak terjaga. Beberapa kali aku posting di sosial media untuk kebijakan ini. Aku sangat menggembar-gemborkan untuk selalu peduli lingkungan. Jangan gunakan struk ATM atau struk belanjaan mini market jika tidak terlalu dibutuhkan. Ada beberapa kawanku yang setuju dengan pendapatku ini, dan beralih ke BNI. Terutama untuk komunitas peduli lingkungan yang aku ikuti.
            Selain soal struk transaksi, aku juga mengetahui info bahwa BNI menerapkan sistem GO GREEN di lingkungan kerjanya. Untuk karyawan dan nasabahnya, BNI mengajak untuk mengajak menjaga lingkungannya. Secara internal, BNI meningkatkan kapasitas pengetahuan pegawainya dengan cara perilaku hidup hijau untuk pegawainya dan juga tindakan hemat energi. Pengetahuan ini bukan hanya untuk di lingkungan kerja BNI saja, tapi juga keseharian dari pegawainya. Aku dapat info ini dari temanku yang bekerja di BNI. Secara eksternal, BNI aktif dalam program-program peduli lingkungan, termasuk pemanfaatan energi lingkungan.       Untuk nasabahnya, BNI menyediakan produk dan layanan ritel yang mendorong gaya hidup hijau, seperti KPR Hijau, fitur adopsi orangutan dan penanaman pohon, serta layanan perbankan paperless (seperti yang aku jelaskan sebelumnya).
            Dengan fasilitas seperti ini, kita sebagai customer sudah bisa lebih bijak memilih dan menyikapinya. Karena usia bumi yang semakin renta, kita tidak bisa lagi seenaknya. Jika kita tidak bisa memperbaiki, setidaknya kita harus menjaga lingkungannya. Agar bumi bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi generasi penerus kita. Jika saya menjaga lingkungan dengan mendekat dan merapat atau menggunakan jasa kepada orang/lembaga yang juga peduli lingkungan, mungkin anda punya cara yang lain. Yang paling terpenting, mari kita bersama menjaga lingkungan kita. Salam Bijak Bestari..!!


Aku adalah Tinker Bell

          Dari kecil sangat menyukai cerita Disney. Jika dibandingkan, mungkin cerita kisah Bobo bisa menandinginya. Walaupun terkesan tomboy, tapi aku sangat menyukai penampilan Princess. Well, bukan aku yang menggunakannya. Aku hanya suka tokoh-tokoh princess yang anggun dan elegan. Aku sedikit tomboy tentunya.
          Tokoh Disney yang paling ku suka dari dulu, Kwik-Kwek-Kwak. Mereka sangat cerdas dan mandiri. Selain itu aku memang sangat menyukai anak kembar. Kalau filmnya, aku suka Frozen dan Tinker Bell. Wow! Hampir semua film Tinker Bell aku sudah menontonnya, dan lama-kelamaan aku mulai menyadari kalau aku seperti tokoh Tinker Bell. Karakter dan pembawaannya
          Tinker Bell adalah peri di dunia Pixie Hollow. Tink bertugas untuk menciptakan dan memperbaiki alat-alat di dunia Pixie Hollow, tentu saja Tink orang yang kreatif. Tink suka buat onar dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, namun disayangi banyak orang. Tink sedikit tomboy tapi masih menunjukkan sisi perempuannya, dan yang paling istimewa adalah, bajunya yang serba hijau.
          Aku paling suka hijau. Pernah setengah isi lemari ku serba hijau. Orang-orang mengatakan kalau aku sedikit tomboy. Tapi kalau disuruh memilih, aku lebih suka memakai dress daripada celana. Oke, kalau celana pendek aku suk, tapi kalau celana panjang, tidak! Aku suka buat onar? Hahahaha… mungkin keluargaku paham betul. Dari kecil aku dianggap paling suka menyusahkan. Pertanyaan banyak, rasa ingin tahu tinggi, dan kadan sedikit menyusahkan. Tapi tentu saja saja kreatif. Suka melihat barang-barang bekas yang bisa di berdayagunakan.

          Diantara semua tokoh Disney saat ini yang paling mendekati karakterku adalah Tinker Bell. Kalau kamu?

Aku dan Buku

Awal perjumpaan ku dengan buku, aku tidak tau persis kapan waktunya. Dilahirkan dengan kecerdasan yang (sedikit saja) diatas rata-rata, membuatku cepat membaca. Usia TK (3 – 4 tahun) aku sudah lancar membaca. Saat itu aku gemar sekali membaca buku-buku yang ada di sekolah ku. Pada umumnya buku yang berwarna-warni, memiliki gambar yang menarik. Usia SD, aku sudah melahap semua majalah langganan kakak-abangku. Saat itu kami berlangganan Bobo dan Donal Bebek. Biasanya aku membacanya di pojok rumah yang sepi, tanpa ada yang mengganggu. Saat itu jumlah majalah kami sudah lebih dari 1 lemari, aku bisa membacanya berkali-kali. Wajar ada beberapa cerita yang ku ingat sampai sekarang, misalkan saja salah satu cerpen/dongeng yang sangat menempel di kepalaku dengan istilahnya “Ting gegenting, perut ku sudah genting mau makan sudah lapar”.
            Selain majalah Bobo, aku juga suka membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia. Setiap bacaan di bukunya, aku baca sampai habis. Tidak mengherankan jika pelajaran Bahasa Indonesia, aku seperti mengulang kembali apa yang sudah ku baca, karena memang semuanya sudah ku baca. Bukan hanya buku pelajaran ku, tapi juga buku abang dan kakak ku, atau kadang adik ku. Sekedar bernostalgia dengan bacaan-bacaan ku sebelumnya.
            Beranjak SMP, bacaan masih belum banyak berubah, Bobo dan Disney. Kebetulan rumah dekat dengan Gramedia Gajah Mada Medan, jadi kadang sering kesana untuk sekedar membaca buku-buku tentang Biografi. Yah, aku memang sedari kecil suka dengan Sejarah. Buku di Negara ini cukup mahal, jadi untuk membelinya harus mempunyai uang yang lebih. Bacaan yang berpengaruh dan sedikit merubah sudut pandangku adalah, aku membaca novel “Sidney Sheldon – Kincir Angin Para Dewa”. Novel berbau dewasa, tapi alur ceritanya tidak biasa menurut ku pada saat itu. Selain itu, aku juga membaca novel stensilan, milik anak kos kami. Diawali dengan rasa penasaran banyak novel stensilan dikamarnya. Aku coba membaca satu, dan keterusan untuk membaca yang lainnya. Tentu saja ini tanpa diketahui sang pemiliknya. Wah, ini yang paling parah menurutku. Tapi aku tak pernah berhenti untuk membacanya.
            Di SMA, Bapak masih saja berlangganan Bobo, bukan majalah remaja lainnya. Selain itu, Mama juga punya majalah ibu-ibu, misalkan saja Femina dan Kartini. Tentu saja itu sudah aku baca semuanya dan beberapa karya Mira W aku baca saat SMA. Isi perpustakaan juga sudah aku baca beberapa, yang paling aku ingat adalah “Tenggelamnya Kapal van Der Wijk” yang setelah aku dewasa, ceritanya diangkat ke layar lebar. Koran juga tidak luput dari bacaanku, tapi aku biasanya tidak membaca soal Politik atau Ekonomi. Itu sangat membingungkan menurutku. Saat SMA aku juga menyukai buku Fisika, khususnya luar angkasa. Buku-buku pelajaran Fisika ku sangat sedikit menceritakan/menjelaskan tentang keinginanku. Lagi-lagi aku jalan ke Gramedia hanya untuk sekedar baca yang ingin ku tahu.
            Dirumah cenderung buku yang ada buku soal Ekonomi, karena kebetulan Bapak seorang guru Ekonomi dan dia juga pernah menulis buku pelajaran Ekonomi untuk SMA. Untuk membeli sebuah buku, aku perlu menabung dulu. Aku ingat, buku yang pertama ku beli adalah buku Harry Potter. Bapak sedikit marah karena menurutnya buku itu tidak terlalu bermanfaat.
            Pada saat kuliah, aku sudah punya uang jajan sendiri dan mau ga mau harus manage keuangan sendiri. Pernah pada suatu saat, buku Harry Potter baru saja luncur. Pada saat itu uang menipis, tapi sangat ingin beli. Dengan pikiran pendek, aku langsung ke Gramedia mempertaruhkan uang bulanan yang pas-pasan. Habis dari Gramedia, segera saja aku lahap tuh buku. Sehari semalam tidak keluar kosan hanya untuk menyelesaikan bacaannya. Bagaimana dengan makan? Aku ga akan ingat kalau bukan ibu warung depan kosan tidak mengingatkan. Selesai membaca bukunya, aku lirik buku Harry Potter seri-seri sebelumnya, dan lagi-lagi aku didalam kamar ga kemana-mana. Ga kuliah, ga hangout bareng teman. Selain itu aku juga sangat sulit dihubungi, sms ga di bales (pada saat itu masih bisa smsn saja, belum ada Whatsapp, BBM, Line atau lainnya) telepon ga diangkat, baik dari orangtua atau teman. Hampir seminggu aku “mendem” dikamar, hingga akhirnya sahabat ku Ridho datang ke kos dan mengajak ku keluar, makan katanya. Tanggapan Ridho pertama kali saat bertemu aku saat itu,”kuning kali muka mu, Ni. Uda ku duga kau pasti mengautis di kamar makanya ga keliatan dan ga bales sms”. Hahahaha… Itu bukan pertama dan terakhir ku lakukan. Sampai saat ini pun masih.
            Aku juga pernah beli buku loak di pasar. Dan itu pertama kalinya aku sadar kalau buku bagus juga banyak dijual bekas. Ga jarang aku borong bukunya, Doraemon dan Goosebumps yang paling sering aku borong. Karena untuk melengkapi serinya yang belum lengkap. Karena berkat beli di pasar loak inilah, koleksi buku ku menumpuk banyak. Jika diakumulasikan (yang tercecer dan yang lupa dikembalikan) mungkin ada 1 lemari besar.
            Selain berburu di pasar loak, aku juga suka berburu diskonan atau pameran buku. Biasanya harus sabaaaaaarrr banget kalau untuk cari buku bagus saat diskonan. Kadang aku juga dihadiahi buku oleh senior atau kerabat atau pada saat kegiatan seminar dan pernah juga dapat buku dari Gramedia karena menang lomba. Untuk kegiatan seminar, tidak semua buku yang ku baca, karena cenderung buku yang dibagikan adalah berbau motivasi. Aku paling tidak suka buku tentang motivasi dan sejenisnya. Menurutku itu hanya melambungkan angan ku saja, bukan mengajak ku berpetualang.
            Aku juga pernah membaca buku-buku mengenai Investasi. Ini ilmu yang sangat luar biasa menurutku diantara semua bacaanku. Referensi buku yang ku baca cukup banyak, dan waktunya juga tidak terbatas. Apa yang tidak ku sukai, menjadi sedikit ku pahami setelah memiliki kesempatan ini. Selain itu, aku juga mulai membaca buku filsafat dan politik. Yang belum aku sentuh sampai saat ini adalah buku mengenai hukum dan kedokteran. Ini bacaan cukup berat menurut ku.
            Dari semua jenis buku, aku lebih suka baca Novel (fiksi dan non fiksi) dan buku Sejarah. Untuk Sejarah, aku sangat menyukai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia. Karena sejarah bangsa ini banyak yang ditutupi, makanya ketika “menemukan” hal baru, aku akan sangat bergairah. Biografi juga aku suka, Sukarno, Inggit Ganarsih dan Nelson Mandela adalah favoritku. Kegemaranku akan membaca, membuatku menjadi satu-satunya anggota keluarga ku yang menggunakan kacamata. Dulu aku sering membaca sambil tiduran dan dengan penerangan seadanya. Dan kalau sudah tertarik dengan 1 buku, maka akan dibaca sampai tuntas, dan mengesampingkan kepentingan lainnya. Wajar jika minus mata sampai 2,75 (saat ini Mei 2016).

            Membaca adalah kegemaranku, buku adalah alatnya. Berusaha untuk tetap bisa untuk membaca buku. Apa saja, bukan harus bacaan yang disuka. Karena melalui buku, kita bisa mengenal dunia. Dan melalui tulisan, kita bisa dikenal dunia (aku juga suka menulis, lain waktu aku akan bercerita bagaimana hubungan ku dengan dunia menulis). pag

Doraemon vs Harry Potter

Di Indonesia lebih familiar dengan tokoh fiksi Doraemon. Tokoh Fujiko F. Fujio yang berasal dari Jepang ini selain ditayangkan setiap Minggu pagi, Doraemon juga sangat menggemaskan. Kucing gendut dengan warna biru mudanya. Sementara itu ada Harry Potter, tokoh fiksi ciptaan J.K Rowling yang berasal dari Inggris. Harry Potter lebih alami, berbentuk manusia dan diperankan oleh manusia, sementara Doraemaon sendiri adalah tokoh kartun yang berbentuk animasi.
Kenapa aku membandingkan Doraemon dan Harry Potter? Keduanya adalah tokoh fiksi favoritku. Aku sering berkhayal berada didunia mereka dan memiliki barang-barang yang ada didunia mereka. Di dunia Doraemon ada Pintu kemana saja, Mesin waktu, Senter pengecil, dan berbagai alat ajaib yang diciptakan dari masa depan. Sementara di Harry Potter, tentu saja yang menjadi favorit adalah tongkat sihir yang bisa melakukan banyak hal, bubuk floo, sapu terbang, dan lainnya. Berikut akan kita ulas antara Doraemon dan Harry Potter.
Alat Doraemon berasal dari masa depan yang dibawa ke masa kini. Disimpan didalam kantong kecil yang diletakkan di perut gembul Doraemon. Banyak barang menarik yang bisa menjadi pilihan. Pilihanku adalah, pintu kemana saja. Ingin rasanya kemana-mana tidak perlu menggunakan kendaraan. Selain aku tipe mabuk perjalanan, menggunakan kendaraan akan memakan waktu dan biaya yang banyak. Bayangkan saja jika aku ingin bertemu keluarga di Medan sementara aku ada di Medan. Dengan pintu kemana saja, cukup buka pintu sudah bisa bertemu mereka. Jika dengan kendaraan, menghabiskan biaya minimal Rp. 1jt dan waktu 6 jam (termasuk transit). Pintu kemana saja ini juga akan membantu pasangan-pasangan yang LDR.
Selain pintu kemana saja, ada mesin waktu. Kita bisa kemana saja di masa lalu atau masa depan sesuai dengan keinginan kita. Ada juga alat-alat lain yang menawarkan kemudahan. Hidup akan berasa lebih mudah dengan alat-alatnya Doraemon. Kekurangannya adalah, alat Doraemon sering mengalami kerusakan. Perawatannya juga tidak mudah, karena terbuat dari bahan yang canggih. Harga perawatannya juga tidak murah, dan harus pesan dulu jauh-jauh hari ke masa depan.
Alat Harry Potter? Keseluruhan berasal dari ciptaan masa kini tergantung dari kebutuhan. Favorit saya tentu saja tongkat sihir. Asal melafalkan mantra yang sesuai, maka apa yang kita inginkan bisa tercapai. Pekerjaan rumah bisa beres, kacamata yang pecah bisa utuh lagi, berpindah tempat, bahkan mengutuk orang juga bisa. Ada juga sapu terbang, kendaraan di dunia sihir. Hanya saja sapu terbang agak ribet dikarenakan membutuhkan waktu dan tentu saja harganya mahal (menurut keterangan di buku). Yang menjadi impianku adalah, batu bertuah. Dengan batu bertuah, kita bisa panjang umur. Memiliki batu bertuah dan tongkat sihir, nikmat apalagi yang kau dustakan kawan?

Jika disuruh memilih antara alat Doraemon dan Harry Potter, aku lebih memilih alat Harry Potter karena cenderung simple dan tidak terlalu banyak pilihan. Misalkan saja, dengan memiliki tongkat sihir kita sudah bisa melakukan berbagai hal. Kalau kamu, lebih memilih Doraemon atau Harry Potter? Apa favoritmu?

Adalah Dia

Kadang yang tidak kita sangka, mampu membuat kita nyaman. Dulu yang kita anggap hanya seorang adik dan ngegemesin, mampu membuat nyaman dan salah tingkah. Siapa menyangkanya? Siapa yang mampu memprediksi? Siapa yang mampu menolak?

Adalah dia yang tidak terlalu jauh dan cukup akrab. Cukup cuek dan sinis, namun mampu membuat tertawa. Karena dia yang ku kenal dulu, ga seperti ini. Aku tidak canggung dengan kesinisannya, tidak tersinggung dengan kecuekannya. Toh juga dia turut membantu.

Adalah dia yang tidak disangka untuk membuat nyaman. Sudah cukup lama kenal, sudah sedikit memahami, tapi tak pernah sedikitpun terbersit untuk merasakan kenyamanan itu. Kadang kita lelah mencari yang jauh, tanpa kita sadari yang dekat mampu menciptakan kenyamanan.

Adalah dia yang mampu membuatku melupakan keluh kesah akan masa depan dan masa lalu, walaupun sejenak. Sejenak yang membuat merasa nyaman saat berada bersamanya. Merasa masa depan bisa dilalui, masa lalu sudah dilalui dengan baik. Sejenak yang nyaman.

Merasa membutuhkannya, merasa hanya dia yang mampu membantuku menyelesaikan kesulitan-kesulitan kecilku. Moment-moment kecil mampu untuk membuatku tersenyum, moment besar membuatku tertawa ngakak. Seperti remaja saja.

Tidak mengharapkan kenyamanan itu akan ku rasakan sepanjang saat. Takut kenyamanan akan sirna jika mulai membicarakan hal yang serius. Aku menikmati kenyamanan yang seperti ini. Kenyamanan dalam diam, kenyamanan yang hanya bisa dirasakan sendiri. Biarlah kenyamananku menjadi urusanku, jika dia tidak nyaman, dia boleh pergi.


Adalah dia yang sudah lama kenal, dan menghadirkan kenyamanan beberapa waktu belakangan ini.

Review Buku “Animal Farm”



Libur sangat panjang ini, dapat kegiatan yang merupakan hobby lama yang sudah tidak lama dilakukan, yaitu; MEMBACA. Dapat bacaan menarik dari bung Dany Saragih berupa novel terjemahan berjudul “Animal Farm” karya Geroge Orwell. Bung Dany sendiri akan melakukan bedah buku di STT Abdiel, Ungaran hari Selasa nanti.
Aku juga mencoba melakukan hobby yang sudah lama sekali tidak dilakukan, yaitu: MENULIS. Jadi, mulai dari buku ini, setiap buku yang sudah dibaca akan ku coba untuk membuat reviewnya. Untuk sekedar catatan kecil kalau pernah baca buku ini. Selain itu, tentu saja untuk mengisi blog yang keseringan nganggur daripada ada isinya.
Awalnya aku beranggapan kalau novel ini semacam cerita dongeng yang penuh khayalan. Ternyata isinya sedikit menjaring nalar kita untuk berfikir dan tidak mentah-mentah menerima alur cerita yang dikisahkan sang penulis dan penokohan yang sedikit berbau satir. Siapa saja bisa merasa, siapa saja bisa mewakili, siapa saja bisa tertuduh.
          Buku ini mengkisahkan tentang kehidupan para binatang di suatu peternakan yang dinamakan “Peternakan Manor” dimiliki oleh Tuan Jones (bukan Jomblo Ngenes ah…) Dibawah kepemilikan Tuan Jones, binatang-binatang yang ada dalam peternakan bekerja banting tulang dan mendapat perlakuan tidak manusiawi (mungkin hewani yah?). Babi-babi akan di sembelih jika melewati usia 1 tahun, ayam-ayam dipaksa untuk bertelur setiap harinya agar dapat dijual dan memenuhi target konsumen, sapi-sapi setiap pagi diperah susu nya, demikian juga dengan domba, angsa, kambing, keledai dan seluruh penghuni Peternakan Manor.
Perubahan mulai terjadi ketika Mayor Tua bermimpi dan menceritakan mimpinya kepada seluruh penghuni Peternakan Manor didalam rapat para binatang. Mayor Tua adalah seekor babi yang dianggap tetua dan orang bijak dalam Peternakan Manor. Mayor Tua menceritakan bahwa dia bermimpi manusia akan hilang, dan binatang-binatang akan mempunyai kebebasan untuk hidup dalam keamanan dan keharmonisan. 3 hari setelah rapat, Mayor Tua meninggal. Didalam peternakan, babi adalah makhluk paling cerdas diantara binatang lain. Pasca kepergian Mayor Tua, kepemimpinan beralih kepada Napoleon dan Snowball, babi yang mengaggumi dan akan melanjutkan mimpi Mayor Tua. Rencana demi rencana disusun untuk melakukan revolusi di Peternakan Mayor, hingga akhirnya para binatang mengusir Tuan Jones dari Peternakan Mayor untuk memperoleh kebebasan mereka.
Peternakan Mayor pernah jaya, tapi Tuan Jones mengalami kegagalan dalam kesepakatan sehingga dia tidak terlalu punya banyak waktu untuk mengurusi peternakannya. Waktunya habis untuk minum dan meratapi nasib. Peternakan diserahkan kepada pegawainya yang juga lebih suka bersantai ria daripada harus repot mengurus peternakan. Kondisi seperti inilah dimanfaatkan para binatang untuk melakukan serangan dan mengusir manusia dari peternakan tersebut.
Pasca kepergian Tuan Jones, Peternakan Mayor diganti menjadi “Peternakan Binatang”, dipimpin oleh Napoleon dan Snowball, dan dikeluarkannya ‘7 Perintah” yang berisi antara lain:
1.     Apapun yang berjalan dengan dua kaki adalah musuh
2.     Apapun yang berjalan dengan 4 kaki dan bersayap adalah teman
3.     Tak seekor binatang pun boleh mengenakan pakaian
4.     Tak seekor binatang pun boleh tidur di ranjang
5.     Tak seekor binatang pun boleh minum alcohol
6.     Tak seekor binatang pun boleh membunuh binatang lain
7.     Semua binatang adalah setara.
Kehidupan di Peternakan Binatang berjalan lancar, panen melimpah, kebutuhan para binatang terpenuhi. Selain itu, Snowball juga mengajari para binatang untuk baca dan tulis, walaupun kemudian banyak binatang yang tidak bisa. Snowball terus melakukan inovasi untuk mengembangkan peternakan binatang dengan segala keterbatasan mereka. Tapi masalah mulai muncul saat kedua pemimpin selalu berbeda pendapat, baik saat rapat dengan para binatang atau rapat pemimpin. Napoleon mulai menentang ide, gagasan dan apapun yang dilakukan oleh Snowball. Puncaknya adalah saat ide untuk membuat Kincir Angin. Saat rapat berlangsung tentang keputusan pembuatan kincir anjing, Napoleon mengusir Snowball.
          Peternakan Binatang sudah tidak seperti apa yang diharapkan saat revolusi. Kepemimpinan Napoleon yang diktator, binatang bekerja lebih keras dari apa yang sudah disepakati, dan pelanggaran atas 7 perintah oleh Napoleon dan keluarganya. Akhir cerita, Napoleon membuat pertemuan dengan para pemilik peternakan tetangga. Didalam pertemuan itu tentu saja ada berbagai kesepakatan. Hingga akhirnya pada saat mereka bersantai sambil main poker, terjadi keributan sehingga para penghuni Peternakan Binatang tidak bisa membedakan mana manusia dan babi.
          Menurut bung Dany, novel satir ini menggambarkan keruntuhan Uni Soviet. Napoleon sendiri adalah Josef Stalin, Peternakan Binatang adalah Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet itu sendiri. Karena aku belum terlalu memahami sejarah Uni Soviet, aku coba membandingkan dengan kondisi Indonesia pada masa kejatuhan Sukarno. Bilang saja Tuan Jones adalah Sukarno yang sudah sakit-sakitan dan tidak bisa membuat peternakan sejaya sebelumnya. Peternakan kemudian direbut oleh Soeharto (tokoh Snowball aku belum menemukan posisinya dimana). Dimasa kepemiminan Soeharto, dia menjadi seorang diktator.
          Selain itu, aku bisa menarik kesimpulan jika tidak bisa adanya dualisme kepemimpinan (antara Snowball dan Napoleon). Siapa yang paling kuat, akan kemudian menyingkirkan lainnya. Bukan soal kualitas, kemampuan dan kapasitas lagi. Ini sudah berbicara soal ambisi.
Tokoh favoritku disini adalah Boxer. Seekor kuda gagah pekerja keras. Mottonya adalah “Aku akan bekerja lebih keras!”, tapi dia bodoh. Dengan segala kondisi disekitarnya, dia hanya bekerja sekeras-kerasnya sesuai dengan mottonya. Hingga akhirnya saat dia tidak mampu lagi, dia dijual oleh Napoleon. Tokoh Boxer sedikit menggambarkan orang-orang yang berada di strata sosial paling bawah, yaitu mereka yang bekerja keras tapi tidak mendapatkan hasil yang setimpal.
Diantara semua tokoh, yang paling mendekati dengan diriku adalah Benjamin. Seekor Keledai yang sudah tau ada yang tidak beres, namun lebih memilih diam untuk kenyamanannya. Dia pintar membaca situasi, namun tidak berusaha untuk mengubah sesuatu. Kadang aku memilih untuk diam, merasa masing-masing punya kesulitan sendiri, biarkan diselesaikan dengan bijak bestari.

Demikian review dari buku “Animal Farm”. Semoga akan ada buku baru lain dan aku akan mencoba mereviewnya untuk sekedar mengingat apa saja buku yang ku baca. Salam Kasih... (pag).