Banyak
yang beranggapan jika masa SMA adalah masa paling bahagia. Kemudian aku mencoba
membantahnya, tapi tetap saja banyak orang yang merasa SMA adalah masa paling
bahagia. Teori ini aku dapatkan saat bertanya kepada teman-teman yang seumuran.
Katanya sih, karena masa SMA adalah masa pertama kali mengalami cinta-cintaan,
dan pembentukan jati diri. Wah, bisa-bisa sebentar lagi masa SMP menjadi masa
paling bahagia. Soalnya anak SMP jaman sekarang sudah mengalami cinta-cintaan,
dan dewasa belum pada saatnya.
Kemudian aku keberatan dengan
pernyataan teman-teman. Aku lebih setuju jika masa paling bahagia adalah saat
kita masih kecil, masih polos, bebas tanpa beban, dan apa adanya. Untuk soal
cinta, sebenarnya kita sudah jatuh cinta pada saat masih kecil. Jatuh cinta
dengn orang tua dan saudara. Bukankah cinta kepada keluarga lebih agung
dibandingkan dengan lawan jenis?
Ingatan masa kecil kita juga
mempengaruhi karakter dan jati diri kita pada saat dewasa. Jika kita sering
dikucilkan, maka kita cenderung akan menjadi pendiam. Begitu juga sebaliknya. Itulah
makanya aku sepakat jika masa kecil adalah masa paling bahagia.
Berlari sekencangnya tanpa merasa
ada beban, Cuma ingin berlari, bukan karena berlari dari kenyataan, seperti
yang kita alami ketika dewasa. Tertawa lepas, karena ingin tertawa. Bukan tertawa
karena ingin menghargai, palsu. Masa kecil tidak ada yang palsu. Senyum palsu,
bibir palsu, alis palsu, payudara palsu.
Bermimpi? Masa kecil kita bebas
untuk bermimpi. Ingin menjadi apa dan seperti apa? Ketika dewasa, aku sulit
untuk bermimpi. Untuk tidur saja sulit, harus dibantu dengan obat-obatan. Bermimpi
adalah hal yang mahal saat ini. Bermimpi dengan bebas, tanpa ada kata “tapi”, “namun”,
“ntar kalau..”.
Kehidupan ku paling bahagia adalah
pada masa kecil ku. Bagaimana dengan mu?