SEUNTAI HARAPAN UNTUK GMKI



SEUNTAI HARAPAN UNTUK GMKI

GMKI dibentuk dalam rangka hadirnya sebuah wadah bersama bagi mahasiswa Kristen untuk mengembangkan kepribadian yang berpusat pada Kristus. Peristiwa ini adalah tindakan bersejarah dalam rangka keinginan untuk turut berperan dalam dunia kemahasiswaan, bukan karena menginginkan “hormat” dan “kuasa”, melainkan oleh dorong­an profetis untuk membentuk mahasiswa yang bertanggung jawab, menjadi sosok pribadi yang berdiri tegak di tengah-tengah kehidupan, memahami kenyataan keadaannya sendiri dan keadaan bangsanya dalam titik-titik keluasan dan kedalamannya, dalam kelemahan dan kekuatannya.
GMKI dan mahasiswa Kristen lainnya harus memperlihatkan bahwa panggilan mereka dan kewajiban Kristen adalah untuk bekerja sama sebagai kawan-kawan sekerja dalam mem­bangun bangsa Indonesia dengan segenap elemen bangsa tanpa memandang agama, suku, dan budaya. Dengan semangat nasionalisme yang mendorong suatu kesatuan melawan pemerintah-pemerintah asing, dan mengi­nginkan suatu negara Kesatuan, memelihara dan saling meng­hargai kebudayaan, sifat dan kemampuan masing-masing, menghendaki satu bahasa kesatuan, menuntut dari generasi muda Kristen suatu keya­kinan nasional yang murni dan suatu kegiatan nasional.
Untuk itu, GMKI membutuhkan totalitas manusia yang tidak bermental budak, berpikir pragmatis, tidak memiliki integritas dan menduakan Tuhan dengan mengganggap diri tuhan bagi orang di sekitarnya. Mari bebaskan GMKI dari visi dan misi yang tertulis, untuk dapat terlibat praksis di tengah pergumulan hidup matra pelayanannya. Hari ini adalah momentum dimana setiap kader untuk berefleksi dan membebaskan diri dari genggaman nafsu yang mengkerangkeng karakter diri di dalam kondisi yang memprihatinkan dimana diri selalu berupaya menjadi hakim terhadap yang lain.
Tidak mudah menjadi seorang pemimpin. Kita harus siap melawan arus dan mempunyai keberanian untuk melakukan hal-hal yang tidak berani dilakukan oleh orang lain. Tipe keberanian seperti ini datang dari karakter tegas seseorang, bersikap tegar dan berani menyambar kesempatan yang lewat.
Pemimpin yang terbayang dalam benak banyak orang secara umum adalah dia yang jujur, adil, bersih, memiliki visi yang progresif. Sementara itu, variabel ‘revolusioner’ harus dimaknai perubahan yang cepat dan mendasar. Pemimpin yang berwatak progresif revolusioner adalah sosok yang mampu menciptakan perkembangan (progres) signifikan demi kesejahteraan masyarakat/anggotanya dan dilakukan dengan cepat serta sistemik.

#BersamaBerkarya
Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti engkau ya bapa di dalam aku dan aku di dalam engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya bahwa engkaulah yang telah mengutus aku” pernyataan kerinduan Kristus ini terhadap para murid-muridNya yang kemudian di simpulkan dalam sebuah slogan UT OMNES UNUM SINT oleh GMKI adalah sebuah acuan keberpihakan GMKI di matra layannya. Pertanyaannya adalah apakah makna persekutuan itu sendiri masih menjadi spirit perjuangan organisasi?       
Oleh sebab itu, melakukan Perubahan bukan hanya sendiri, karena perubahan untuk bersama bukan untuk individu atau kelompok tertentu. Untuk itu, bersama-sama dari berbagai element untuk melakukan perubahan. Kita Bersama untuk Berkarya dan Berkarya untuk Kebersamaan.

#UntukTuhanUntukIndonesia
 Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan.”
Dalam sebagian kutipan dari Pidato Dr. Johannes Leimena saat terbentuknya GMKI,  sangat jelas pemikiran kritis Leimena tentang bagaimana kedudukan warga gereja dan warga negara di Indonesia. Agar orang Kristen memahami kehadirannya di negeri ini sebagai sebuah 'karunia' (gabe) dan menyikapinya dalam wujud kerjasama yang kritis solider dengan sesama warga negara Indonesia lainnya.
Dalam arti saling berbagi dan berbagi bersama (to share and share alike), sebagai suatu pertanggungjawaban (aufgabe) kepada Tuhan demi keutuhan negara dan bangsa berdasarkan Pancasila sebagai ideologi yang pluralis, sekuler, integratif sentripetal dan final.
GMKI haruslah menjadi solider dengan bangsanya, hal ini berarti menderita atau bersuka bersama-sama dengan bang­sanya. Kesalahan bangsa adalah kesalahannya. Keselamatan bangsa adalah keselamatannya, maka harus bertanggungjawab atas maju mundur bangsanya dengan memperhatikan kehidupannya sebagai warga Negara dan warga Kerajaan Allah yang kekal. GMKI dipanggil untuk menyaksikan Injil Kerajaan Allah yang menyatakan kemerdekaan, keadilan dan perdamaian yang sebenar-benarnya di tengah bangsanya.

Melayani dengan Hati, bukan dengan Ambisi atau Obsesi
Menjadi Pemimpin adalah menjadi seorang Pelayan. Jika kita melakukan pelayanan biasa dengan sikap hati yang luar biasa, setia, jujur dan melayani dengan hati suatu kali, kita benar-benar akan mendapatkan berkat yang luar biasa. Sama halnya waktu kita melayani Tuhan dalam bidang apapun,  melayanilah dengan hati.
Melayani bukan untuk Ambisi ataupun Obsesi individu, namun untuk kepentingan bersama.


Dalam hidup ada cobaan, dalam waktu ada penantian, dalam doa ada pengharapan, dan dalam kasih Kristus ada sukacita dan keselamatan. Civitas GMKI sebagai Orang percaya tidak harus memiliki yang terbaik namun dengan beriman bahwa segala yang mereka miliki sebagai yang terbaik akan mendorong kita untuk menjadi yang terbaik. Sebab di dalam Kristus Tuhan tidak ada pekerjaan yang sia-sia.

Kenapa Samudra Pasifik dulu Disebut Lautan Teduh?

Wilayah Samudra Pasifik (Lautan Teduh)




Penulis : M Arief Pranoto, Research Associate Global Future Institute (GFI)

Masih ingat Lautan Teduh? Hal ini menarik disimak sebab merupakan salah satu circumstance evidence yang tertinggal dalam tahapan kejayaan nusantara dulu. Terminologi atau istilah tersebut (Lautan Teduh) dirasakan  familiar baik via tulisan maupun didengar, terutama para pelajar siswa bangku sekolah dekade 1970-an. Entah kenapa, istilah itu kini tak terlihat serta hampir tidak terdengar. Bahkan ketika ditelusur pada Google Earth pun tidak dijumpai, mesin canggih tersebut malah memunculkan nama-nama perusahaan (PT), hotel, rumah makan, dan lain-lain yang masih “setia” menggunakan istilah Lautan Teduh. Akan tetapi bila searching di Google, memang akan ditemui kalimat Lautan Teduh, namun terdapat kata “atau” dalam penjelasan, yakni Samudra Pasifik atau Lautan Teduh. Apakah ini bermakna bahwa Lautan Pasifik itu dulunya bernama Lautan Teduh?
Sejak kapan berganti dan kenapa ia berubah nama, belum ditemui literatur pasti. Kendati secara arti sesungguhnya tak berbeda. Oleh sebab Pasifik itu asal kata Pacifico, dari bahasa Spanyol yang artinya “tenang”. Menurut beberapa referensi, konon penjelajah Fernando de Magelhaens dari Portugis adalah kali pertama menyebut istilah tadi, dengan alasan sebagian besar perjalanannya ketika melintas Selat Magelhaens menuju Filipina, ia merasakan ketenangan saat mengarungi samudra dimaksud. Selanjutnya istilah “Teduh” itu sendiri, jelas mengacu pada kosa kata dalam bahasa Indonesia yang artinya tenang, damai, atau ayem, tentram, dan lain-lain.
Menurut Wikipedia, ia mencakup sepertiga permukaan Bumi. Luasnya sekitar 179,7 km. Panjangnya 15.500 km dari Laut Bering di Arktik hingga batasan es di Laut Ross di Antartika di selatan. Lautan Teduh terbentang 19.800 km dari Indonesia hingga pesisir Kolombia. Batas sebelah barat samudra ini di Selat Malaka. Titik terendah permukaan Bumi—Palung Mariana—berada di Samudra Pasifik. Samudra ini terletak di antara Asia dan Australia di sebelah barat, Amerika di sebelah timur, Antartika di sebelah selatan dan Samudra Arktik di sebelah utara. Luar biasa.
Lautan Teduh berisi sekitar 25.000 kepulauan (lebih dari jumlah kepulauan yang berada di lautan dunia lainnya jika digabung), yang mayoritas terletak di selatan khatulistiwa. Batasan ireguler Lautan Teduh atau Samudra Pasifik terdapat banyak laut, dimana terbesar ialah Laut Sulawesi, Laut Koral, Laut Cina Timur, Laut Jepang, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Laut Tasman dan Laut Kuning. Selat Malaka menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia di sebelah barat, dan Selat Magelhaens menghubungkan Samudra Pasifik dengan Atlantik di sebelah timur.
Pertanyaan menggelitik timbul, kenapa kata “Teduh” yang jelas-jelas dari bahasa Indonesia dijadikan nama samudra atau lautan yang luasnya sepertiga bumi? Inilah yang ingin ditelusur. Masih ingatkah masa Medang Kamulyan dengan raja yang terkenal bertitel Ratu Boko? Silahkan dibaca ulang “Melacak Makna dam Kejayaan Nusantara” di www.theglobal-review.com untuk mengingatnya lagi.
Medang Kamulyan atau zaman Kemajuan-Kejayaan merupakan era dimana cikal bakal huruf-huruf  SANGSEKERTA (sansekerta) yang kali pertama diperkenalkan oleh Aji Saka. Selanjutnya huruf - huruf tadi akhirnya menjadi BAHASA Sangsekerta. Dengan demikian, sansekerta itu asli (murni) berasal dari bumi Indonesia, bukannya dari India. Kenapa demikian, di India tidak dikenal atau tak ada pemakaian kata-kata “SANG”. Bahkan jika bahasan dari kata SANG, justru sebenarnya lebih dekat ke China. Contohnya Chiang Kai Sek, dimana Chiang oleh bangsa China dibaca “Sang”. Tak boleh dipungkiri, “Sang” itu sesungguhnya kosa kata asli Indonesia atau bahasa nusantara dulu, yakni bahasa Saka.
Ya. Huruf-huruf zaman Ratu Boko adalah “SANGSEKERTA”. KERTA itu artinya “empat”, sedangkan SANG asal kata dari wangsa (bangsa). Jadi sansekerta itu maksudnya adalah Empat Bangsa, yang meliputi antara lain:
Pertama, bangsa “Chin” meliputi selain China itu sendiri, juga Vietnam, Laos dan Kamboja. Kedua, Birma hingga Thailand  terkenal dengan sebutan bangsa “Thai”. Ketiga, Madagaskar, Srilangka, India dan seterusnya hingga Mesir terkenal dengan sebutan bangsa Afrika. Dan terakhir (keempat) adalah Jawa, Sumatera, Papua sampai kepulauan Polinesia dan Hawai yang dikenal dengan sebutan Bani Jawa. Dan jika keempat unsur bangsa itu digabungkan menjadi satu, maka timbullah istilah Nusantara atau Nuswantoro. NUSA artinya pulau, ANTARA artinya jarak. Maka makna NUSANTARA ialah bangsa yang hidup di pulau-pulau yang tersebar mulai dari kepulauan Polinesia di ujung timur hingga wilayah Madagaskar atau Afrika.
Singkat kata, Nusantara dahulu jelas merupakan “Bangsa Bahari” yang memiliki pelaut-pelaut (angkatan laut) tangguh karena terbukti memiliki wilayah kekuasaan sampai ke Benua Afrika, Thailand, Hawai, dll sehingga jalur perairan (samudra) antaranya memakai istilah (“Teduh”) bahasa Indonesia.
Menyoal kembali kosa kata “Teduh” sebagaimana diulas tadi, bahwa bahasa Indonesia dianggap selain berasal dari Melanesia juga dari bahasa Melayu “pasaran”. Sebagaimana diungkap pada  Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara: “…bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia”.
Menurut Wikipedia, ia mencakup sejumlah bahasa yang saling bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan di Semenanjung Melayu. Sebagai bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia (sebagai bahasa Indonesia), dan Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia); bahasa nasional Singapura; dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste (sebagai bahasa Indonesia).
Bahasa Melayu merupakan lingua franca bagi perdagangan dan hubungan politik di Nusantara sejak sekitar A.D 1500-an. Migrasi juga turut memperluas pemakaiannya. Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa Melayu dituturkan pula di Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand selatan, Filipina selatan, Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja, hingga Papua Nugini. Bahasa ini juga dituturkan oleh penduduk Pulau Christmas dan Kepulauan Cocos, yang menjadi bagian Australia.
Jadi jelaslah, bahwa bahasa Indonesia sesungguhnya telah ada (being), nyata(reality) dan berada/berperan (existence) semenjak dahulu kala dan digunakan sebagai bahasa ‘penghubung’ oleh beberapa negara sebagaimana diurai sekilas di atas. Maka menjadi masuk akal, ketika samudera di sekitar negara-negara tersebut bernama Lautan Teduh. Ini bukan persoalan gothak-gathuk mathuk, namun bukti keadaan mengatakan demikian.
Terimakasih




Konsep Indonesia sebagai poros maritim dunia


Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai panjang garis pantai terpanjang di dunia. Kekayaan sumber daya alam Indonesia inilah yang memiliki potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Seluruh alur pelayaran dunia yang melalui jalur strategis di Indonesia akan dipergunakan sebagai pendekatan diplomasi terkait dengan peran strategis Indonesia. 
Beberapa hal yang perlu dilaksanakan Jokowi dalam menjalankan Pemerintahan dalam menjalankan konsep Indonesia sebagai negara maritim, tertuang dalam beberapa poin berikut:
1. Indonesia Negara Maritim yang mempunyai armada niaga.
Alternatif lembaga keuangan non-bank khusus untuk membiayai pembelian kapal, dengan tujuan mengembangkan pelayaran nasional. 
Fokus Bisnis : Pembiayaan kapal-kapal niaga nasional dengan fokus pembiayaan kepada perusahaan pelayaran kelas menengah ke bawah. 
Mekanisme : - Leasing - Purchase on Installment - Sale and lease back

2. Indonesia Negara Maritim yang mempunyai armada militer.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sudah selayaknya dan harus memiliki kekuatan pengawal di lautan yang berfungsi sebagai penghubung, pemersatu, dan perekat negara kepulauan. Semboyan jalesveva jayamahe bisa diterjemahkan sebagai postur kekuatan TNI AL yang kuat, besar dan profesional. Embrionya mulai menampakkan tunas dan semakin membentuk patron itu, TNI AL sedang dan akan menuju tahapan strategis, menuju kekuatan tiga armada tempur. Ketika saat itu akan segera tiba, kepulauan jamrud khatulistiwa Indonesia diniscayakan dikawal oleh kekuatan tiga armada tempur yang tangguh dan modern yang mampu memberikan kekuatan penangkal yang terukur, besar dan disegani. Saat ini TNI AL memiliki kekuatan dua armada tempur yaitu armada barat dan timur dengan alutsista utama 154 KRI dan 209 KAL, 2 divisi Marinir dan sebaran pangkalan yang merata.
Fokus Bisnis : Sumber daya laut Indonesia akan dikawal untuk tidak dicuri dan hasilnya akan menjadi sumber ekspor.

3. Indonesia Negara Maritim yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri.
Balada nenek moyangku orang pelaut, masih berdengung sekarang ini, tetapi bukan berarti bangsa Indonesia sekarang ini automatically sudah maritime oriented. Pada era globalisasi sekarang ini, arti keamanan maritim merupakan agenda prioritas masyarakat internasional, dan hal ini juga dipahami dengan baik oleh ASEAN, yang merespon dengan membentuk ASEAN Maritime Forum.

Pada sisi lainnya, strategi maritim nasional harus mampu menjawab tantangan lingkungan strategis yang sarat dengan kepentingan pihak lain, spektrum ancaman semakin kompleks, dan tekanan untuk bekerjasama. Tidak jalan lain, kecuali bersiap sedini mungkin.

Indonesia Sebagai Poros Negara Maritim

by: Pahlawarni Girsang (Lulusan Oseanografi, UNDIP)

Sebagai negara kepulauan dengan 80 % wilayah laut dan 20 % wilayah darat, potensi  ancaman terhadap kedaulatan dan wilayah Indonesia berada di laut. Prosentase ancaman ini  menjadi semakin tinggi karena posisi geografi Indonesia berada pada lalu lintas perdagangan dunia. Setiap hari ratusan bahkan ribuan kapal baik kapal dagang maupun militer melintas di perairan Indonesia melalui Sea Lanes of Communication (SLOC) serta Sea Lines of Oil Trade (SLOT). Laut Indonesia memiliki arti yang sangat penting bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu, laut sebagai media pemersatu bangsa, laut sebagai media perhubungan, laut sebagai media sumber daya, laut sebagai media pertahanan dan keamanan, serta laut sebagai media diplomasi.
Sejak lama, Indonesia mempunyai akar historis dan ideologis yang mengarah pada Poros Maritim. Negara-negara tetangga dan Eropa banyak meniru corak kemaritiman Indonesia, terlihat dari empat pilar Poros Maritim Indonesia yang melekat di bangsa ini, yaitu aspek sosial-budaya, ekonomi, politik, dan keamanan. Jika ditarik dari sejarah bangsa Indonesia, yaitu pada zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit atau pra-Kemerdekaan Indonesia, empat pilar corak kemaritiman itu sudah melekat erat pada masyarakat Indonesia, sehingga Indonesia seharusnya lebih mampu sebagai poros atau pusat maritim di dunia.
Setelah era kemerdekaan, bangsa Indonesia mulai menata kembali untuk bisa  mengembalikan jiwa kebaharian dan melaksanakan pembangunan kelautan, meskipun belum maksimal. Hal ini didasari pada kesadaran akan ancaman yang mungkin timbul karena faktanya bahwa wilayah laut merupakan wilayah terbuka, maka dengan leluasa kekayaan laut Indonesia berpotensi untuk dimanfaatkan bangsa lain tanpa ada kemampuan untuk melindunginya. 2 Perkiraan ancaman dan gangguan lainnya yang mungkin dihadapi Indonesia ke depan antara lain meliputi kejahatan lintas negara (misalnya penyeludupan, pelanggaran ikan ilegal), pencemaran dan perusakan ekosistem, imigrasi gelap, pembajakan/perampokan, aksi radikalisme, konflik komunal dan dampak bencana alam.

Mencermati dinamika konteks tersebut di atas, maka dilaksanakannya Perumusan Kebijakan Kebijakan Strategi Pengamanan Wilayah Nasional, yang bertujuan untuk merumuskan kebijakan strategi pengamanan wilayah nasional, terutama laut, sebagai negara kepulauan yang mempunyai posisi geostrategis sangat unggul di lintasan jalur pelayaran manca negara. Sasaran yang ingin dicapai dari perumusan kebijakan ini adalah tersusunnya kebijakan strategi pengamanan wilayah nasional, yang dapat dijadikan masukan dalam perumusan operasional strategi pertahanan keamanan dan pengembangan wilayah kawasan perbatasan.