INTEGRITAS: Memimpin dengan penyertaan Tuhan

INTEGRITAS: Memimpin dengan penyertaan Tuhan
Integritas Yang Membangun Komunitas.
Pahlawarni Girsang, S. Kel
PA GMKI cabang Semarang, 16 November 2013

Bacaan: 2 Korintus 12:16-13:10
            Integritas merupakan kata yanga sering kita dengar, namun kadang kita suka keliru untuk menerjemahkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pengertian dari Integritas itu sendiri adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung nilai-nilai luhur dalam keyakinan. Konsep yang menunjukkan konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Kujujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Integritas juga menrupakan kompas yang mengarahkan perilaku seseorang dan gambaran keseluruhan pribadi seseorang.
Lawan dari Integritas adalah Hipokrit atau Munafik.
Integritas merupakan karakter kunci dari seorang pemimpin. Pemimpin yang mempunyai Integritas akan mendapat kepercayaan (trust) dari bawahannya/anggotanya/karyawannya. Apa yang menjadi ucapannya juga akan menjadi tindakannya.
Kutipan menarik yang menggambarkan tentang Hubungan Integritas bagi kehidupan kita sehari-hari.

Tanpa Integritas, Motivasi menjadi berbahaya.
Tanpa Motivasi, Kapasitas menjadi tak berdaya.
Tanpa kapasitas, Pemahaman menjadi terbatas.
Tanpa Pemahaman, Pengetahuan tidak ada artinya.
Tanpa Pengetahuan, Pengalaman menjadi buta.

Dengan bahasa sehari-hari, kita bisa mengingat Integritas dengan 4 kata:
KUAT, TEGUH, TERPERCAYA dan TULUS

Dalam 1 Yohanes 2:6 menyebutkan: “Barangsiapa mengatakan bahwa ia ada didalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup”.
Karakter Kristus merupakan dasar dari segala sikap hidup orang percaya. Seorang kristen harus meneladani dan mencontoh karakter Kristus. Seorang Kristen harus mampu mengasihi tanpa harus menuntut balasan. Seorang Kristen harus sanggup untuk hidup dalam kekudusan walaupun ditengah-tengah dunia gelap dengan berbagai pencobaan dan tekanan. Banyak tokoh di Alkitab yang menunjukkan sikap dan Integritasnya, salah satunya adalah Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Daniel 3:1-30). Sadrakh, Mesakh dan Abednego tetap mempertahankan keteguhan hatinya saat Raja memaksa mereka untuk menyembah patung berhala. Mereka tetap yakin bahwa Allah akan menyelamatkan mereka, walaupun Allah tidak menyelamatkan mereka, mereka tidak akan merubah keteguhan hatinya.
“Jika Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu dan dari dalam tanganmu ya raja. Tetapi seandainya pun tidak, ketahuilah bahwa kami tidak akan memuja dan menyembah patung berhala tersebut.”
Pelayanan adalah istilah yang sangat tidak asing. Namun tantangannya mungkin tidak demikian. Tantangan yang paling berat mungkin melawan agenda pribadi kita. Melayani sesama tidak terwujud begitu saja. Kita sering termotivasi dengan pelayanan kita dengan kepentingan pribadi, melindungi diri dan promosi pribadi. Sering kita yang ingin melayani justru tidak lebih daripada melayani diri sendiri.
Bagaimana Integritas yang melayani sesama itu? Bisa kita lihat dalam bacaan kita di 2 Korintus 12: 16-13:10.
Paulus dalam menyebarkan firman Tuhan tidak mengalami jalan mulus. Termasuk ketika dia berada di Korintus. Dalam pelayanannya untuk kedua kali melalui suratnya kepada jemaat di Korintus, dia mendapat tuduhan-tuduhan yang sangat tidak mengenakkan (2 Korintus 12:16). Dengan keteguhan hatinya, dia mencoba menyanggah tuduhan yang ditujukan kepadanya. Karena niatnya untuk ke Korintus adalah baik dan dengan ketulusan hatinya (2 Korintus 12:17-18). Selain dari tuduhan tersebut, Paulus juga mempunyai tujuan untuk jemaat di Korintus yaitu untuk membangun Iman dan Kepercayaan mereka terhadap Kristus (2 Korintus 12:19). Dari tujuan tersebut, sebenarnya ada kekhawatiran Paulus terhadap terhadap jemaat di Korintus yaitu kuatir akan adanya iri hati, perselisihan, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, bisik-bisikan, keangkuhan, dan kerusuhan. (2 Korintus 12:20-21). Namun Paulus punya sikap terhadap segala kekhwatirannya, yaitu  akan hidup bersama-sama dengan Dia untuk kamu karena kuasa Allah (2 Korintus 13:1-4).  Berlawanan dengan menuduh oranglain, Paulus menginginkan jemaat Korintus untuk menguji dan menyelidiki bahwa Yesus ada didalam diri mereka (2 Korintus 13:5). Jika jemaat Korintus menguji dan menyelidiki dirinya, maka Paulus mempunyai harapan akan hal itu yaitu supaya dapat menjadi sempurna (2 Korintus 13:6-9).
Dalam penjelasan bacaan kita tersebut, Paulus merupakan salah satu tokoh Alkitab yang memiliki Integritas tinggi. Saat jemaat Korintus menuduhnya melakukan hal yang tidak baik terhadap mereka, Paulus yakin kalau Kristus akan meyertainya, dengan keteguhan hatinya dia tetap melanjutkan menyebarkan firman Tuhan, dengan ketulusannya Paulus bisa menghadapi jemaat Korintus yang sejak awal menuduhnya dan dengan kepercayaannya Paulus punya harapan besar kepada jemaat di Korintus.
Dengan apakah kita mempertahankan Integritas? Kita bisa membaca Mazmur 119:9

“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaga sesuai dengan firman-Mu”.

-Arni-