Definisi Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi.
Kaitan antara Kepemimpinan (leadership) dan Pemimpin (leader) dalam kehidupan sehari –hari apalagi dalam sebuah organisasi menjadi topik yang selalu erat dan dibutuhkan. Organisasi tanpa pemimpin maka akan bubar, demikian juga bila pemimpin tanpa kepemimpinan akan kacau. Jadi kepemimpinan dan pemimpin merupakan suatu kesatuan. Pemimpin menunjuk subjek sementara kepemimpinan merujuk pada sifat. Pemimpin adalah fungsi dari kepemimpinan. Pemimpin bisa beda dengan pimpinan. Bila pimpinan lebih mengacu posisi struktur atau tingkatan diatas/hirarki, maka pemimpin tidak selalu merujuk pada posisi, tingkatan atau kedudukan serta aturan formal dalam organisasi. Pemimpin lebih kepada fungsi yang dilakukan oleh seseorang dalam perbuatan atau tindakannya (aksi dan visi). Jadi setiap orang bisa menjadi pemimpin, namun tidak semua orang bisa jadi pimpinan.
Pemimpin juga beda dengan manajer. Banyak orang yang menyamakan (mempersepsikan) manajer dengan pemimpin. Apa bedanya? Beberapa pakar dan pemikir manajemen dan kepemimpinan membedakannya dengan penjelasannya dalam bahasa Inggris : Manager is doing things right, however leader is doing right things. Jelas bukan bedanya? Keterkaitannya adalah kepemimpinan merupakan inti dari manajemen sedangkan manajemen inti dari administrasi
Usaha memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan pribadi, sering orang menunjukkan perilaku yang seolah-olah bersifat individualistis, bahkan mungkin nampak egosentris. Tetapi perlu disadari bahwa perilaku demikian tidak selalu otomatis bersifat destruktif dan berakibat negatif bagi pembinaan kerjasama yang serasi, tetapi merupakan seni bagi seorang pemimpin dalam memberikan bimbingan dorongan serta arahan yang kesemuanya melalui proses komunikasi yang terarah dan berencana serta sistematis tanpa melupakan nilai manusiawi. Keberhasilan seorang pemimpin juga ditentukan oleh kemampuan dan sifat-sifat atau karakteristik pribadi pemimpin, yang disebut oleh banyak orang sebagai ‘bakat kepemimpinan’. Akan tetapi, ‘bakat’ itu juga harus dibina dan dikembangkan, terutama dengan nilai-nilai etis, agar kepemimpinan tidak melenceng dan hanya membawakan ketidak-sejahteraan bagi yang dipimpin (baca : anggota, organisasi, atau masyarakat).
Secara umum gaya kepemimpinan secara esensial memfokuskan diri pada dua gaya yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (task orientation) dan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada pekerja (employ orientation). Perilaku kepemimpinan sangat beragam dari satu situasi ke situasi yang lain. Secara umum kelompok besar mempunyai tuntutan lebih banyak dan lebih beragam dibanding dengan apa yang dilakukan oleh kelompok kecil. Pada umumnya pemimpin dalam kelompok besar cenderung bersifat kurang memperhatikan hal-hal yang bersifat pribadi dan kurang tegas dalam memperlakukan peraturan dan kekuasaan. Sebaliknya dalam kelompok kecil pemimpin memberikan perhatian pada hal-hal yang bersifat pribadi terhadap kelompok kerja dan memperlakukan anggota kelompok menurut kemampuan dan kebutuhannya sebagai individu.
Para dasarnya gaya kepemimpinan ini sama dengan kepemimpinan Managerial Grid, yaitu ada empat gaya dasar, kemudian akan menjadi delapan gaya kepemimpinan. Kedelapan gaya tersebut adalah :
1. Gaya dasar integrated dengan tugas tinggi, hubungan tinggi, akan menjadi gaya executive bila diekspresikan dalam situasi yang efektif. Tandanya ialah memenuhi kebutuhan kelompok dalam menetapkan tujuan dan bagaimana mencapainya, memperhatikan hubungan dalam kelompok. Kelompok menjadi kohesif dan bekerja keras. Bila tidak efektif, maka akan menjadi gaya compromiser yang ditandai dengan selalu memecahkan masalah dengan mengadakan kompromi antara tugas dan hubungan, sehingga tidak berorientasi pada hasil yang dicapai.
2. Gaya separated, yaitu tugas tinggi dan hubungan rendah. Apabila efektif akan menjadi gaya bureucrat yakni mendelegasikan wewenang pada bawahan untuk mengarnbil keputusan tentang apa yang perlu dikerjakan. Apabila tidak efektif akan menjadi gaya deserted yaitu tidak memberikan struktur jelas dan dukungan moral pada waktu yang diperlukan.
3. Gaya related, yaitu hubungan tinggi dan tugas rendah. Gaya ini menjadi-efektif bila menjadi gaya developer yaitu percaya kepada anggota stafnya dan memberikan kemudahan untuk berkembangnya anggota staf dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Bila tidak efektif maka akan menjadi gaya missionary yaitu hanya tertarik pada adanya harmoni, dan kadang-kadang tidak bersedia mengorbankan hubungan meskipun tujuan tidak tercapai.
4. Gaya dasar dedicated yaitu tugas tinggi dan hubungan rendah. Gaya ini bila efektif akan menjadi gaya benevolent autocrat yaitu mempunyai tata kerja yang berstruktur, tetapi jelas tugas untuk bawahan. Bila tidak efektif akan menjadi gaya autocrat yaitu semua kebijakan ditetapkan sendiri tanpa memperdulikan bawahan.
Sehubungan dengan tingkat kematangan bawahan yang dihubungkan dengan perilaku pimpinan dalam menggerakan bawahan ini mengemukakan empat upaya kepemimpinan efektif seperti terlihat pada gambar di atas, adalah sebagai berikut:
- Pertama, Telling (S 1) yaitu perilaku pimpinan dengan tugas tinggi dan hubungan rendah. Gaya mempunyai hubungan satu arah. Pemimpin membatasi peranannya dan menginstruksikan bawahan tentang apa, bagaimana, bilamana, dan di mana hares melakukan sesuatu tugas tertentu. Pemimpin juga memberikan pengarahan yang jelas dan spesifik. Gaya ini sesuai dengan level kematangan yang rendah atau orang yang tidak mampu dan mau (MI).
- Kedua, Selling (S2) yaitu perilaku tugas tinggi dan hubungan tinggi. Pimpinan masih banyak memberikan pengarahan dan memberikan dukungan dalam keputusan melalui komunikasi dua arah. Gaya ini sesuai dengan tingkat kematangan rendah ke sedang (M2) orang yang tidak mampu berkeinginan untuk memikul tanggung jawab memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan.
- Ketiga, Partisipasi (S3) adalah perilaku hubungan rendah dan tugas rendah. Pemimpin dan bawahan saling tukar menukar ide dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah, dan yang dipimpin cukup mampu serta berpengetahuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan tingkat kematangan dari sedang ke tinggi (M3). Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampanan, tetapi tidak berkeinginan untuk melakukan suatu tugas yang dibebankan. Ketidakmampuan mereka sering kali disebabkan karena kurangnya keyakinan.
- Keempat, Delegasi (S4) yaitu perilaku hubungan rendah dan tugas rendah. Pemimpin melakukan seperti ini karena bawahan telah memiliki kematangan yang tinggi, baik dalam melaksanakan tugas maupun matang secara psikologis. Kegiatan ini melibatkan bawahan untuk melaksanakan tugas sendiri melalui pendelegasian dan supervisi yang bersifat umum. Gaya ini sesuai dengan tingkat kematangan yang tinggi (M4). Orang-orang yang mampu dan mau atau mempunyai keyakinan untuk memikul tanggung jawab. Dengan demikian gaya delegasi ini berprofil rendah. Yang memberikan sedikit pengarahan atau dukungan memiliki tingkat kemungkinan efektif yang paling tinggi dengan individu dalam tingkat kematangan seperti ini.
Pemimpin Yang baik adalah pemimpin yang mau berkorban
tanpa mengharapkan pamrih dan juga balas jasa.
*Pahlawarni Girsang, dari berbagai sumber.