Dua tahun menjadi menteri membuatnya subur makmur, lahir dan batin. Rumah, apartemen, villa, sampai bini muda sudah dimiliki. Jangan bilang lagi mobil, yacht, sampai peternakan kuda pun kini jadi hak milik. Tentu, tak semua kekayaan tambahan itu dicatat dengan namanya. Sekian banyak saham, obligasi, nomor rekening, menggunakan nama isteri, adik,ipar dan karib dekat. Walhasil, saat dipecat jadi menteri, ia tak terlalu panik.
Hanya satu yang kini ia persiapkan. Segera pergi ke tukang
jahit. Mebawa jas, kemeja dan baju-baju yang selama ini menjadi favorit —untuk
dipakai di pelbagai kegiatan. Setibanya di tukang jahit
Mantan Menteri: Pak, tolong jas dan baju-baju yang saya
bawa ini divermak
Tukang Jahit: lho, Pak. Apa nggak salah? Koleksi busana
yang Bapak bawa ini kan masih bagus-bagus. Semuanya berbahan mahal. Kok harus
divermak?
Mantan Menteri: Iya, Anda benar. Semua yang saya bawa ini
memang barang bagus dan mahal. Tapi saya cuma minta bantu, agar jas dan kemeja
itu diperkecil di bagian perut. Saya kan sudah tak jadi menteri lagi
(Rupanya Pak Menteri kita ini sadar betul, ke depan nanti
ia tak lagi sesubur saat ini, perut buncitnya perlahan-lahan akan susut juga).