Gelombang Laut

Gelombang selalu menimbulkan sebuah ayunan air yang selalu bergerak tanpa henti-hentinya pada lapisan permukaan laut dan jarang dalam keadaan sama sekali diam. Daerah gelombang dibangkitkan disebut daerah pembangkitan gelombang (wave generating area). Gelombang yang terjadi di daerah pembangkitan gelombang disebut sea, sedangkan gelombang yang terbentuk setelah daerah pembangkitan disebut dengan swell (CERC,1984).
Gelombang angin adalah gelombang yang dibangkitkan oleh angin, terdapat di laut atau danau. Gelombang angin merupakan gelombang yang sangat penting, terutama terhadap hal-hal yang berkaitan dengan proses morfologi pantai ataupun perencanaan bangunan pantai/pelindung tebing (Yuwono, 1982).

Menurut Triatmodjo (1999) gelombang yang merambat dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk karena pengaruh dari perubahan topografi dasar laut. Berkurangnya kedalaman laut menyebabkan berkurangnya panjang gelombang dan berambahnya tinggi gelombang. Pada saat perbandingan tinggi gelombang dan panjang gelombang mencapai batas maksimum, gelombang akan pecah. Gelombang pecah akan melalui break zone, surf zone, dan swash zone.

Pengaruh Gelombang
Bentuk gelombang di alam adalah kompleks dan sulit digambarkan secara matematis sebab adanya beberapa hal antara lain ketidak-linieran, tiga dimensi dan mempunyai bentuk yang random (suatu deret gelombang yang mempunyai tinggi dan periode berbeda). Menurut Triatmodjo (1999) gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami perubahan bentuk, akibat adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Pengaruh kedalaman laut mulai terasa pada kedalaman lebih kecil dari setengah panjang gelombang. Semakin menuju ke perairan yang lebih dangkal puncak gelombang semakin tajam dan lembah gelombang semakin datar.
Menurut Pratikto et al., (1997) Gelombang yang datang mendekati pantai cenderung mengepung tanjung, dan mengkonsentrasikan energinya disisi muka dan samping tanjung tersebut. Perlindungan ekstra sangat diperlukan untuk daerah pantai yang memiliki bagian yang menjorok kelaut. Sementara di daerah teluk, dimana garis pantai lebih panjang dibanding tanjung, energi gelombang cenderung disebar ke sepanjang garis pantai.

Gelombang Pecah
Gelombang pecah dapat dibedakan menjadi spilling, plunging, atau surging yang tergantung pada cara pecahnya ( disajikan dalam gambar 4 – 7). Spilling biasanya terjadi apabila gelombang dengan kemiringan kecil menuju pada pantai yang sangat datar (kemiringan kecil). Gelombang mulai pecah pada jarak yang cukup jauh dari pantai dan pecahnya terjadi berangsur-angsur (Pethick, 1984). Buih terjadi pada puncak gelombang selama mengalami pecah dan meninggalkan satu lapis tipis buih pada jarak yang cukup panjang. Gelombang tipe plunging  terjadi apabila kemiringan gelombang dan dasar laut besar sehingga gelombang pecah dengan puncak gelombang memutar dan massa air pada puncak gelombang akan terjun ke depan. Gelombang pecah tipe surging terjadi pada pantai dengan kemiringan yang sangat besar seperti yang terjadi pada pantai berkarang. Daerah gelombang pecah sangat sempit, dan sebagian besar energi dipantulkan kembali ke laut dalam. Gelombang pecah tipe surging ini mirip dengan plunging, tetapi sebelum puncaknya terjun, dasar gelombang sudah pecah (CERC, 2006).

Gelombang di Lokasi Bangunan Pantai
Tinggi gelombang pada lokasi bangunan di bagi menjadi dua kriteria gelombang tidak pecah dan gelombang pecah. Gelombang tidak pecah apabila bangunan pada kondisi kedalaman yang lebih besar, yaitu lebih besar dari 1,5 kali tinggi gelombang maksimum yang mungkin terjadi. Kondisi tersebut diperhitungkan berdasarkan pada berbagai elevasi muka air. Karakteristik gelombang di lokasi tersebut diperhitungkan berdasarkan gelombang rencana di laut dalam dengan menggunakkan analisis refraksi dan pendangkalan gelombang.
Kedalaman bangunan pantai kecil sehingga gelombang pada lokasi tersebut telah pecah. Tinggi gelombang pecah (Hb) tergantung pada kedalaman air pada suatu jarak di depan kaki bangunan di mana pertama kali gelombang pertama kali mulai pecah. Kedalaman tersebut akan berubah dengan pasang surut.

Deformasi Gelombang
Apabila suatu deretan gelombang bergerak menuju pantai, gelombang tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh proses refraksi , refleksi, difraksi dan gelombang pecah.

Refraksi Gelombang
Refraksi gelombang terjadi karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Proses ini ditunjukkan pada gambar 9. Perubahan gelombang karena refraksi akan mempengaruhi energi gelombang. Di daerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang gelombang yaitu di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut. Tetapi di laut transisi dan dangkal, dasar laut mempengaruhi gelombang. Di daerah ini, apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang, bagian dari puncak gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan yang lebih kecil daripada  bagian di air yang lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kedalaman laut. Garis orthogonal gelombang, yaitu garis yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan menunjukkan arah penjalaran gelombang, juga akan membelok, dan berusaha untuk menuju tegak lurus dengan garis kontur dasar laut (Sorensen, 2006).
Menurut Triatmodjo (1999) anggapan-anggapan yang digunakan dalam studi refraksi adalah sebagai berikut ini :
1.              Energi gelombang dalam dua ortogonal adalah konstan.
2.             Arah penjalaran gelombang tegak lurus pada puncak gelombang yaitu dalam arah ortogonal gelombang.
3.           Cepat rambat gelombang yang mempunyai periode tertentu disuatu tempat hanya tergantung pada kedalaman ditempat tersebut.
4.               Perubahan topografi dasar adalah berangsur-angsur.
5.            Gelombang mempunyai puncak yang panjang, periode konstan, amplitudo kecil dan monokhromatik.
6.              Pengaruh arus, angin dan refleksi dari pantai dan perubahan topografi dasar laut diabaikan.

STWAVE

            STWAVE adalah steady-state suatu spektral posisi model untuk meramalkan kondisi-kondisi gelombang di kawasan pantai. STWAVE dilengkapi dengan persamaan perpindahan radiative termasuk refraksi, shoaling, difraksi, serta interaksi arus dan  gelombang dan efek source-term ( gelombang pecah, input angin, dan nonlinear wave-wave interaksi). STWAVE telah dikembangkan berdasrakan sifat gelombang secara alami, dengan memperhatikan interaksi komponen gelombang stokastik nonlinear dengan gelombang nonlinear deterministic. Hal ini relevan ketika berhadapan dengan transformasi gelombang yang melebihi jarak beratus ribu panjang gelombang (ditinjau dari studi transformasi gelombang di banyak tipe pantai). Pada jarak yang lebih pendek suatu perkiraan long-crested deterministic dapat menyediakan suatu pemahaman dalam menginterpretasikan perilaku gelombang Pada jarak yang lebih panjang, teoritis dan keterangan empires dapat mendukung suatu perkiraan stokastik untuk gejala gelombang. Model ini dapat menghitung perubahan gelombang karena adanya pemecah gelombang (break water). STWAVE dapat menyertakan informasi perubahan gelombang dengan menggunakan suatu random-phase perkiraan untuk difraksi dan refraksi gelombang (CERC, 2006).
Kondisi batas yang dipergunakan untuk pemodelan ini adalah kondisi batas terbuka (open boundary conditions). Kondisi batas terbuka ini diperlukan untuk mereduksi penjalaran gelombang yang bergerak keluar dari bidang pemodelan untuk penjalaran yang dibuat. Pada batas yang secara fisik tidak ada ini, dianggap tidak boleh terjadinya refleksi gelombang (Zakaria, 2005).

Asumsi dalam STWAVE
Berikut dua asumsi penting yang tidak bisa dipisahkan dalam gelombang steady-state untuk meramalkan perubahan bentuk gelombang (CERC, 2006) :
·         Peramalan berdasar pada teori gelombang monokromatik searah dan dapat memberikan solusi yang setara dengan kejadian perubahan penjalaran gelombang secara alami.
·         Transformasi nearshore didominasi oleh proses yang konservatif ( refraksi, shoaling, dan difraksi) dan  perubahan nonkonservatif dapat diabaikan sebagai perkiraan yang pertama.

Kemampuan dan Keterbatasan STWAVE
Sebagai sebuah program STWAVE memiliki beberapa kemampuan dan keterbatasan juga. Kemampuan yang dimiliki diantaranya adalah dapat mensimulasikan berbagai bentuk dan kombinasi dari groin, jetty, break water terpisah, pengerukan pantai dan juga dinding pantai. Bermacam-macam bentuk groin seperti bentuk T, Y dan groin sejajar pantai. Struktur groin atau  yang dapat dilimpasi dan di transmisi juga dapat disimulasikan termasuk breakwater terpisah, jetty ataupun groin yang menyebabkan difraksi. Mampu mensimulasikan daerah yang luas, masukan gelombang dari laut dalam dengan periode, tinggi dan arah gelombang sembarangan. Berbagai tipe penjalaran gelombang dan juga gelombang yang diakibatkan oleh adanya gradian oleh tinggi break water (Hanson, 1991).

            Namun demikian STWAVE juga memiliki keterbatasan dimana pada program tersebut tidak diperbolehkan adanya gelombang refleksi akibat struktur pantai, tidak terdapat tombolo yang dapat berkembang, sedikit pembatasan dalam penempatan bentuk dan orientasi dari bangunan pantai, tidak terdapat objek yang dapat langsung mengubah pasang surut secara serta keterbatasan mendasar dalam teori pemodelan perubahan garis pantai (Hanson, 1991).

Fetch

Fetch adalah daerah dimana gelombang dibangkitkan oleh angin (CERC, 1984). Dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin (Triatmodjo, 1999).
Asumsi yang digunakan untuk mencari fetch efektif dengan metode SMB (Sverdrup-Munk-Bretchneider) (CERC, 2006) :
a.   Angin berhembus melalui permukaan air melalui lintasan yang berupa garis tegak lurus.
b.  Angin berhembus dengan mentransfer energinya dalam arah gerakan angin menyebar dalam radius 42o terhadap sisi kiri dan kanan arah angin dominan.
c.   Angin mentansfer satu unit osine pada air dalam arah pergerakan angin dan ditambah satu satuan osine yang ditentukan oleh harga osines sudut antara jari-jari terhadap arah angin.

d.   Gelombang diabsorpsi secara sempurna di pantai.

Girsang





Girsang adalah sebuah marga atau morga pada suku Simalungun yang berasal dari Sumatera Utara,Indonesia. Walaupun sekarang marga girsang dianggap sebagai salah satu marga simalungun, namun banyak menganggap girsang bukan dianggap marga asli dari Marga Simalungun. Yang dianggap marga asli simalugun adalah :Damanik, Purba, Saragih dan Sinaga.

Asal-Usul
Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul marga girsang ini.Hal ini dikarenakan referensi atau dokumen yang sedikit serta belum diadakan penyelidikan secara maksimal. Ada pendapat yang mengatakan bahwa girsang berasal dari keturunan Lumbantoruan, referensi ini berasal dari buku " Sejarah & Silsilah, Asal Usul Marga Girsang" karangan Jaludin Purba Girsang BA yang dicetak tahun 1970-an. Penulis mengungkapkan dalam buku tersebut data-data yang diperoleh berdasarkan wawancara kepada para pihak yang dianggap kompeten (serta cek silang antara sumber yang satu dengan sumber yang lainnya) dan kumpulan dokumen-dokumen yang tersedia dari sumber-sumber yang diwawancarai. Dijelaskan, Opung (Op) Girsang pertama dilahirkan di kampung Nagasaribu/ Sigalingging 6 Km dari Kota Siborongborong arah Lintongnihuta, Kabupaten Tapanuli Utara (Bukan Nagasaribu yang ada di kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun).Op Girsang (Lumbantoruan) ini karena membunuh seorang abang kerabatnya, terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan diri, dan hidup berpindah-pindah sebelum akhirnya tiba di 'Lehu, Kec.Tigalingga Kabupaten Dairi, provinsiSumatera Utara. Dari Lehu ini kemudian keturunannnya ada yang berpindah ke nagasaribu, silimakuta, kabupaten simalungun dan bertambah banyak disana, dan akhirnya menyebar. Oleh karena itu sampai sekarang, nagasaribu di silimakuta, kabupaten simalungun dianggap sebagai kampung halaman marga girsang sementara Lehu dianggap asal nenek moyang marga girsang.

Versi lain ada yang mengatakan bahwa marga girsang adalah berasal sub marga Purba dan tidak ada hubungannya dengan Lumbantoruan. Oleh karena itu girsang dianggap suku simalungun asli juga. Namun tidak sedikit juga yang menolak bahwa girsang bagian dari marga Purba.

Kerajaan Girsang/Silimakuta dan Sejarahnya
Pengakuan kerajaan Girsang di Silimakuta tidak terlepas dari sejarah historis suku Simalungun. Suku Simalungun dalam sejarah historis memiliki 3 fase kerajaan yangg pernah berkuasa dan memerintah di Simalungun. Berturut-turut fase itu adalah
1. Fase kerajaan yang dua (harajaon na dua) yakni Kerajaan Nagur (marga Damanik) dan Batanghio (Marga Saragih).
2. Fase Kerajaan berempat (harajaon na opat) yakni Kerajaan Siantar (marga Damanik), Panai (marga Purba Dasuha), Silau (marga Purba Tambak) dan Tanoh Jawa (marga Sinaga).
3. Fase 7 kerajaan (harajaon na pitu) yakni: kerajaan Siantar (Marga Damanik), Panai (marga Purba Dasuha), Silau (marga Purba Tambak), Tanoh Jawa (marga Sinaga), Raya (marga Saragih Garingging), Purba (marga Purba Pakpak) dan Silimakuta (margaGirsang).
Fase ke -3 ini berkaitan dengan kolonial Belanda di simalungun. Tahun 1907,diadakan perjanjian pendek (korte verklaring) yang intinya tunduknya seluruhnya kerajaan kepada kolonial, maka untuk mempermudah urusan administrasi serta mempermudah politik devide et impera, maka status partuanon dari tiga partuanon Dolog Silou itu dinaikkan statusnya menjadi kerajaan. Yakni Silimakuta, Simalungun(Girsang) di Naga aribu, kerajaan Purba (Purba Pak-pak) di Pematang Raya.
Sejarah Kerajaan Silimakuta bermula dari seorang Girsang membantu Tuhan Naga Mariah, Raja Sinaga untuk mengusir musuh Tuhan Naga Mariah dari Siantar. Girsang ini menyuruh penduduk mengumpulkan sebanyak mungkin bermacam- macam duri dan diambilnya cendawan merah, diperasnya dalam air, racunnya diletakkannya pada duri-duri dan diletakkan di sepanjang jalan yang bakal dilalui musuh., sedangkan air yang beracun itu dimasukkannya ke dalam Paya Siantar. Musuh oleh karena itu semuanya mati kena racun.Ia melapor kepada Tuhan Naga Mariah dan berkata, "Nunga mate marsinggalang saribu di dolok i!" (beribu-ribu musuh sudah mati bergelimpangan di gunung itu), sehingga gunung itu dinamakan Dolok Singgalang dan namanya Saribu Dolok. Girsang lalu kawin dengan puteri dari Tuhan Naga Mariah dan karena ahli mencampur racun dinamai Datu Parulas. Setelah Raja Sinaga itu mati maka Datu Parulas ini naik tahta dan mendirikan kampungnya Naga Saribu yang menjadi ibukota kerajaan Silimakuta. Kerajaannya dinamainya Si Lima Kuta karena dalam kerajaannya ada lima kampung yaitu:
1. Rakutbesi
2. Dolok Panribuan
3. Saribu Djandi
4. Mardingding
5. Nagamariah

Sub-Marga Girsang
Marga Girsang terdiri dari 5 sub marga antara lain :
1. Girsang Jabu Bolon
2. Girsang Na Godang
3. Girsang Parhara
4. Girsang Rumah Parik
5. Girsang Bona Gondang

Menurut cerita Bapakku semasa kecil, Girsang ga boleh makan daging Rusa dan cabai putih. Alasannya, berhubungan dengan asal mulanya Girsang itu.
Pada jaman dulu, pada saat masih terjadi perang antar suku, atau dibilang masih kondisi primitiv, seorang pria melarikan diri dari amukan masa dan bersembunyi diantara kerumunan rusa. Pada saat itu masih belum ada pakaian. Pria ini ditemukan dalam kondisi yang menggigil. Dalam bahasa Simalungun, 'Gir-gir'. Itulah asal mula marga Girsang. Karena Rusa dianggap sebagai penyelamat, maka Girsang tidak boleh memakan Rusa. Dan cabai putih merupakan makanan yang tidak boleh dimakan oleh Rusa, maka kami pun tidak boleh makan cabai putih. Tidak tau kebenaran cerita ini, tapi sampai saat ini aku masih patuh sama aturan ini.

Tubu Pisang jonokkon ni Bulu | si Boru Girsang namalo Manganju |

Dari berbagai sumber:
1. Jaludin Purba Girsang BA,Sejarah & Silsilah, Asal Usul Marga Girsang, 1970-an
2.  http://www.facebook.com/groups/11362451386



Keluarga D.P Girsang.







Mungkin untuk sedikit menyimpan sedikit kenangan untuk Keluarga besar kita, hingga nanti suatu saat ketika anak cucu kita bertanya, ada sedikit cerita yang akan kita ceritakan.
Keluarga D.P Girsang asal mulanya berasal dari Seribu Dolok. Konon katanya, Opung Dahamat datang ke Siantar berjalan kaki hingga berhari-hari. Asal mula ketemu Opung Lingga juga aku ga tau persis. Mungkin nanti kalau aku sudah mendapat data yang lengkap, judul ini akan aku lengkapi lagi.
Sedikit cerita yang kuketahui, ketika anak Opung D.P Girsang dengan B Br Lingga masih remaja, mereka mempunyai cita-cita yang sangat tinggi. Mereka banyak yang bersekolah di Jawa. Antara lain, UGM, Unsoed, dan Universitas swasta di Jawa. Dari anak pertama sampai paling kecil, hampir semuanya menjadi Sarjana. Keluarga Opung juga termasuk keluarga yang berada. Pada saat itu mereka mempunyai toko di Pasar Horas, Siantar. Mereka bergerak di bidang Konveksi dan termasuk maju pada saat itu. Mereka juga pernah mengalami masa yang sulit, saat toko mereka terbakar. Mereka harus memulai usaha mereka dari bawah lagi.
Aku belum pernah ketemu Opung D. P Girsang. Dari cerita orangtua, Opung meninggal pada saat Bou Risna (Anak paling kecil Opung) masih kecil. Cucu yang sempat melihat pun Cuma Bang Ganda dan Kak Onnie. Opung Lingga meninggal pada saat aku kelas 2 SMA. Mereka dimakamkan di Pemakaman di Siantar di Jalan Laguboti.

Berikut  silsilah dari keluarga D. P Girsang/B br Lingga.

Dahamat Purba Girsang/Bungariam br Lingga.
(Op. Deborah)

1. Rohani Girsang
- Marganda Tuah Saragih & Merista Siwi
  • Gabriel Gunung A. Saragih


2. Washinton Girsang - Marsaulide Lingga
- Debora Sari Dewi Girsang
- Dumaria Cynthia Dewi Girsang
- Dewi Julita Mahrani Girsang
- Azri Sohma  Dewita Rosinita Girsang
- Samuel Hotmatuah Girsang

3. Rasimah Girsang - Santun Hasiholan Manalu
- Chandra Tongam Junjungan  Manalu
- Lambok Paruntungan  Manalu
- Christy Kusuma Manalu
- Dian Fanaldi Manalu
- Joy Pangeranto Manalu

4. Johanson Girsang & Mersia Tampubolon
- Biony Marada Rohdearni Girsang
- Rudolf Josyanto Girsang
- Simtauli Magdalena Girsang - Luhut Siregar
  • Hugo Siregar

- Bona Alfred Girsang
- Ester Paulima Girsang

5. Simon Girsang - Murni Simanjuntak
- Citra Rezky Girsang - Jainal Samosir
- Oscar Girsang
- Nobel Girsang
- Thomas Girsang
- Guinnes Girsang

6. Lorman Tua Girsang - Bernike Ida  Manurung
- Yenny Mastiur Girsang-Joshua Sagala
- Lihardo  Girsang
- Pahlawarni Girsang
- Theresiani Girsang
- Giovanni Girsang

7. Robinson Girsang - Orbawaty Damanik
- Christian Sabda Girsang
- Lavinia Letare Girsang

8. Romianna Cinta Damai Girsang - Ramses Saragih sumbayak
- Rayanti Agustina Sumbayak - Junjungon Sianipar
  • Josua Sianipar

- Sabrina Juliana Sumbayak - Thomson Hutabarat
- Benny Sumbayak
- Metha Grace Sumbayak
- Bobby Sumbayak
- Liz Sarah Sumbayak

9. Sonti Riana Girsang - David Nainggolan
- Harry Jeplin Nainggolan
- Josephin Nainggolan
- Frans Natal Nainggolan
- Teresia Nainggolan

10.Riama Sonang
- Evalisa Elisabeth Sitohang - Heri Sopa
  • Christonius

- Marina elisabeth Sitohang
- Immanuel Sihotang
- Mangaraja Sihotang
- Amri

11.Larisna Uli Rio Rita Girsang - Roy Ronaldd Ecclesianus Naiola

Begitulah Keluarga besar D. P Girsang. Walaupun Opung kami sudah tidak ada, kami berusaha untuk mengadakan pertemuan agar kami tetap solid. Setiap tahun baru, diadakan kumpul dirumah anak Opung secara bergantian berurut. Sampai saat ini sudah sampai di anak ke-8. 


Mencintai Keluarga adalah Amanah Bagi Setiap Manusia.


Prinsip Interpretasi Lingkungan Pengendapan Dan Klasifikasi


1.      Konsep Tentang Lingkungan Pengendapan
            Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972). Interpretasi lingkungan pengendapan dapat ditentukan dari struktur sedimen yang terbentuk. Struktur sedimen tersebut digunakan secara meluas dalam memecahkan beberapa macam masalah geologi, karena struktur ini terbentuk pada tempat dan waktu pengendapan, sehingga struktur ini merupakan kriteria yang sangat berguna untuk interpretasi lingkungan pengendapan. Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh mekanisme pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
            Beberapa aspek lingkungan sedimentasi purba yang dapat dievaluasi dari data struktur sedimen di antaranya adalah mekanisme transportasi sedimen, arah aliran arus purba, kedalaman air relatif, dan kecepatan arus relatif. Selain itu beberapa struktur sedimen dapat juga digunakan untuk menentukan atas dan bawah suatu lapisan.
            Didalam sedimen umumnya turut terendapkan sisa-sisa organisme atau tumbuhan, yang karena tertimbun,terawetkan. Dan selama proses Diagenesis tidak rusak dan turut menjadi bagian dari batuan sedimen atau membentuk lapisan batuan sedimen. Sisa-sia organisme atau tumbuhan yang terawetkan ini dinamakan fossil. Jadi fosill adalah bukti atau sisa-sisa kehidupan zaman lampau. Dapat berupa sisa organisme atau tumbuhan, seperti cangkang kerang, tulang atau gigi maupun jejak ataupun cetakan.
            Dari studi lingkungan pengendapan dapat digambarkan atau direkontruksi geografi purba dimana pengendapan terjadi. Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963)
            Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya.
            Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi, dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti delta,lagoon, dan litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik, batial, dan abisal.
Contoh
Lingkungan Pengendapan Pantai
Proses Fisik : ombak dan akifitas gelombang laut
Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan
Proses Biologi : Burrowing
Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi geometri, tekstur sedimen, struktur dan mineralogy.

2.      Parameter Lingkungan Pengendapan
Parameter fisik meliputi elemen static dan dinamik dari lingkungan pengendapan.
a)      Elemen fisik
1.1    Elemen fisik statis meliputi geometri cekungan(Basin); material yang diendapkan seperti kerakal silisiklastik, pasir, dan lumpur; kedalaman air; suhu; dan kelembapan.
1.2    Elemen fisik dinamik adalah faktor seperti energy dan arah aliran dari angin, air dan es; air hujan; dan hujan salju.
b)      Parameter kimia termasuk salinitas, pH, Eh, dan karbondioksida dan oksigen yang merupakan bagian dari air yang terdapat pada lingkungan pengendapan.
c)      Parameter biologi dari lingkungan pengendapan dapat dipertimbangkan untuk meliputi kedua-duanya dari aktifitas organism, seperti pertumbuhan tanaman, penggalian, pengeboran, sedimen hasil pencernaan, dan pengambilan dari silica dan kalsium karbonat yang berbentuk material rangka. Dan kehadiran dari sisa organism disebut sebagai material pengendapan.





3.      Proses Sedimentasi dan Produknya
Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan.
Proses Pengendapan Di Air Dan Darat. Proses pengendapan di air, terbentuknya berupa timbunan di laut dan akan berakhir di air hangat. Namun pada kenyataan yang sering dijumpai, beberapa dikarenakan oleh aliran sungai. Ini juga termasuk timbunan di danau dan delta. Keseluruhan proses pengendapan hingga saat ini dapat diamati dalam berbagai bentuk walaupun ada beberapa aspek pengendapan yang tidak sempurna. Kemungkinan ini digunakan untuk mengklasifikasikan cara utama dimana material mengendap karena perpindahan air.
Proses pengendapan di daratan, sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh arus sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan dibawa oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga menuju puncaknya. Selama arus bergerak membelok dan memasuki area, kecepatannya akan menurun dan semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada kerucut aluvial atau kipas aluvial. Endapan akan dapat dibedakan disekitar pegunungan dan sering dijumpai pada derah yang luas dan dalam. Banyak material sedimen ditemukan di daratan pesisir di Amerika dan kemungkinan terbentuk di daerah tersebut. Timbunan menunjukkan stratigrafi yang berasal dari formasi alaminya, dan karena perubahan volume aliran sungai yang deras, lapisan yang ada di dekatnya akan menjadi sangat berubah. Timbunan kerucut aluvial selalu menunjukkan perbedaan utama dari endapan kasar [termasuk bongkahan] di puncak dengan lempung di luarnya. Jika proses erosi terus berlanjut tanpa adanya pergerakan bumi, material yang ada di kerucut alivisl akan tererosi sendirinya.
Tingkat akhir dalam proses pertumbuhan sungai juga menjadi faktor proses pengendapan. Setelah sungai mencapai tingkat dewasa, akan bertambah volume pengangkatan material sedimennya. Natural leeves akan terbentuk pada saluran sungai dan pada saat itu juga air meluap, mengisi area lain disetiap sampingnya dimana proses pengendapannya lambat. Area ini lebih dikenal sebagai alluvial / plain. Timbunan material di area tersebut juga akan terstratigrafikan.
Didaerah padang pasir, sungai mengalir menuju ke cekungan dalam yang kering / terisi air yang dangkal. Pengendapannya terjadi di bebrapa daerah dimana ketika air meluap membawa banyak material. Jika pergerakan bumi mendukung proses pengendapan, dalamnya timbunan akan menjadi seimbang dan kejadian ini ternyata sudah berlangsung dari waktu yang cukup lama. Material akan terstratigrafikan, namun banyak juga yang hilang. Material tersebut bervariasi, biasanya mencakup lapisan garam dan gypsum. Sungai mengalir menuju danau dan membawa timbunan kemudian menuju delta dan laut.
Pengendapan di laut biasanya terbentuk dalam 3 daerah, yaitu :
1.      Zona pantai
2.       Zona dangkalan
3.       Zona laut dalam

Material pada zona pantai memiliki keadaan alami secara sementara, sejak timbul di garis pantai dan akan berubah secara tetap. Material ini didominasi oleh materioal kasar [pasir dan kerikil].

Transportasi
Proses transprtasi adalah proses perpindahan / pengangkutan material yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan berbagai cara, yaitu
a)      Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.
b)      Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.
c)      Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai.
d)     Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.
e)      Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan kimia.


4.      Sedimentasi
            Proses sedimentasi adalah proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkanpun semakin halus.
Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.

5.      Pengendapan oleh air laut
            Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri dari material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut. Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadang kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai (barrier beach).

6.      Pengendapan oleh angin
            Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
Pengendapan oleh gletser
            Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

a)      Deposisi
            Pengendapan – Terjadi saat pengangkutan partikel yang membutuhkan energi dan terjadi pada waktu yang relatif singkat. Endapan tersusun atas butiran – butiran mineral. Dapat juga menghasilkan endapan kimia pada kondisi yang berbeda.

b)      Litifikasi
Terjadi dalam beberapa tahap, All taken together are termed Diagenesis.
a.       Kompaksi - Squeezing out of water.
b.      Sementasi - Precipitation of chemical cement from trapped water and circulating water.
c.       Rekristalisasi-Growth of grains in response to new equilibrium conditions

7.      Hubungan Lingkungan Sedimentasi dan Fasies Sedimentasi
            Walaupun para ahli geologi setuju pada hasil pengertian dari lingkungan pengendapan, mereka ternyata menemukan kesulitan dalam penyusunan pengertian yang tepat dari lingkungan pengendapan ini. Sebagai ilustrasinya, lingkungan sedimen telah digambarkan dalam beberapa variasi yaitu :
1.      Tempat pengendapan dan kondisi fisika, kimia, dan biologi yang menunjukkan sifat khas dari setting pengendapan [Gould, 1972].
2.      Kompleks dari kondisi fisika, kimia, dan biologi yang tertimbun [Krumbein dan Sloss, 1963].
3.      Bagian dari permukaan bumi dimana menerangkan kondisi fisika, kimia, dan biologi dari daerah yang berdekatan [Selley, 1978].
4.      Unit spasial pada kondisi fisika, kimia, dan biologi scara eksternal dan mempengaruhi pertumbuhan sedimen secara konstan untuk membentuk pengendapan yang khas [Shepard dan Moore, 1955].
            Definisi tersebut memang berbeda, tetapi pada umumnya memberikan tekanan pada kondisi fisika, kimia, dan biologi. Pada konteks ini, lingkungan pengendapan mengarah pada unit geomorfik dimana terjadi pengendapan. Lingkungan ini dibentuk dari parameter khusus fisika, kimia, dan biologi yang sesuai terhadap unit geomorfik dari geometri dan ukuran partikular.
            Proses ini akan mengoperasikan tingkat dan ntensitas yang menghasilkan tekstur khas, struktur, dan sifat lainnya, sehingga pengendapan yang khusus akhirnya terbentuk. Sebagai contohnya, pantai akan mempertimbangkan unit geomorfik dari ukuran dan bentuk tertentu, proses fisika tertentu [gelombang dan aktivitas arus], proses kimia [solusi dan presipitasi], dan proses biologi [penggalian, sedimen ingestion, dan aktivitas serupa] yang terjadi untuk menghasilkan badan pasir pantai yang khas oleh partikular geometri, tekstur dan struktur sedimen, dan mineralogi.
            Fasies menunjukkan unit stratigrafi yang mengacu pada aspek litologi, struktural, dan karakter organisme yang dapat dikenali di lapangan. Tiap lingkungan sedimen memiliki karakteristik akibat parameter fisika, kimia, dan biologi dalam fungsinya untuk menghasilkan suatu badan karakteristik sedimen oleh tekstur khusus, struktur, dan sifat komposisi. Hal tersebut biasa disebut sebagai fasies. Istilah fasies sendiri akan mengarah kepada perbedaan unit stratigrafi akibat pengaruh litologi, struktur, dan karakteristik organik yang terdeteksi di lapangan. Fasies sedimen merupakan suatu unit batuan yang memperlihatkan suatu pengendapan pada lingkungan. Interpretasi lingkungan umumnya menghambat karena adanya suatu kenyataan mengenai kecenderungan fasies yang sama yang dihasilkan pada setting lingkungan yang berbeda. Hal tersebut sering terjadi sehingga akan membuat suatu penyajian lingkungan yang khas pada suatu dasar fasies pengendapan tunggal. Sebagai contohnya, perlapisan silang siur dari batupasir dapat dibentuk karena transportasi angin dan air. Jika terendap pada air, mereka akan terbentuk pada suatu pantai, sungai, pada saluran pasang surut, pada dangkalan samudera, atau pada lingkungan yang lain dimana proses traksi dapat berlangsung. Interpretasi lingkungan akan dapat kita kuasai jika kita mampu mempelajari hubungan fasies dengan urutan yang benar dibandingkan dengan fasies tunggal. Hubungan suatu fasies dapat digagaskan dalam pembagian grup fasies yang terjadi secara bersama – sama yang selanjutnya akan berkaitan dengan lingkungan. Sebagai contohnya, jika pada perlapisan silang siur batupasir asosiasi terdekatnya adalah dengan terkandungnya tanah, batubara, atau serpih lanauan yang mengandung akar, daun, dan batang, kita bisa membuat interpretasi pengendapannya pada sistem sungai. Dalam mempelajari hubungan fasies dan urutannya, kita harus benar – benar memperhatikan keadaan alami dari kontak hubungan antara fasies dan derajat urutan baik acak maupun tidak. Dengan adanya aplikasi dari prinsip stratigrafi, kita dapat menduga hubungan dari dua fasies karena kontak derajat atau penggambaran batas dari pendekatan lateral. Sementara itu, hubungan fasies karena kenaikan atau akibat erosi perbatasan yang mungkin dapat menggambarkan lingkungannya ataupun tidak, pada pendekatan lateral. Pada kenyataannya, fasies karena kontak erosi umumnya menandakan perubahan dari kondisi pengendapan dan menjadi permulaan siklus sedimentasi yang baru. Fasies di dalam hubungan partikular akan tersebar vertikal pada suatu cara pengacakan yang nyata atau mungkin menunjukkan pola tertentu dari perubahan vertikal. Dua tipe umum dari perubahan fasies vertikal yaitu Coarsening Upward Sequence dan Fining Upward Sequence.
·         Coarsening-upward sequences menunjukkan adanya penambahan kenaikan ukuran butir dari dasar erosi atau kenaikannya. Hal ini menunjukkan peningkatan energi arus pengendapan.
·         Fining-upward sequences sendiri merupakan kebalikannya, yaitu ukuran butir akan semakin halus dari puncak erosinya. Menunjukkan penurunan energi arus pengendapan

8.      Dasar-dasar Analisis Lingkungan
            Pengenalan lingkungan sedimen didasarkan pada dua kriteria pokok:
1. Kriteria berdasarkan komponen pengendapan primer
a.       Kriteria fisik
Ø  Geometri unit fasies, menunjukkan bentuk 3 dimensi dari tubuh sedimen, antara lain:
• bentuk equidimensional, seperti lembaran atau selimut, prisma
• bentuk elongate, seperti pods, rebbon atau shoestring, dendroids (Potter, 1962).

Ø  litologi, unit sedimen gross litologi merupakan indicator lingkungan pengendapan yang sangat umum. Contohnya, tend batugamping menjadi deposit karena suhu hangat. shelves laut dangkal.
Ø  asosiasi fasies menyamping dan vertikal, hubungannya dengan pengamatan outcrop atau penentuan data bagian permukaan, sangat penting untuk membedakan lingkungan
Ø  struktur sedimen, penting untuk indikator lingkungan karena dibentuk oleh proses pengendapan, terutama yang terbentuk di lingkungan pengendapan.

b.      Kriteria geokimia
Komposisi unsur utama batuan sedimen silisiklastik berfungsi sebagai komposisi kimia partikel silisiklastik yang membentuk batuan.

c.       Kriteria biologi
Digunakan untuk rekonstruksi paleoenvironmental, fosil adalah salah satu yang sangat berguna.

2. Kriteria berdasarkan kenampakan sedimen
a)      Kenampakan ukuran dari log sumur mekanik, meliputi resistivity, sonic velocity, dan radioaktivity.
b)      Kenampakan interpretasi dari pengukuran sumur log meliputi density/porosity, ukuran butir, litologi, dip perlapisan.
c)      Karakteristik dari interpretasi darai reakaman refleksi seismic, antara lain hubungan kontak utama (uniformity, comformity), strata kontinuitas, dip strata, identifikasi unit fasies seismik.

9.      Klasifikasi Lingkungan Pengendapan
            Klasifikasi lingkungan pengendapan dapat dibedakan menjadi:
a)      kontinetal, antara lain gurun atau eolian, fluvial termasuk braided river dan point bar river, dan limnic
b)      peralihan, termasuk delta. lobate, esturine, litoral (pantai, laguna, dan barrier islands, offshore bar, tidal flat.
c)      marine, meliputi neritis atau laut dangkal, deep neiritis, batial, abisal.

10.  Fasies Model
            Model fasies adalah miniatur umum dari sedimen yang spesifik. Model fasies dapat diiterpretasikan sebagai urutan ideal dari fasies dengan diagram blok atau grafik dan kesamaan. Ringkasan model ini menunjukkan sebagaio ukuran yang bertujuan untuk membandingkan framework dan sebagai penunjuk observasi masa depan. model fasies memberikan prediksi dari situasi geologi yang baru dan bentuk dasar dari interpretasi lingkungan. pada kondisi akhir hidrodinamik. Model fasies merupakan suatu cara untuk menyederhanakan, menyajikan, mengelompokkan, dan menginterpretasikan data yang diperoleh secara acak.
Ada bermacam-macam tipe fasies model, diantaranya adalah :
a.       Model Geometrik berupa peta topografi, cross section, diagram blok tiga dimensi, dan bentuk lain ilustrasi grafik dasar pengendapan framework
b.      Model Geometrik empat dimensi adalah perubahan portray dalam erosi dan deposisi oleh waktu .
c.       Model statistik digunakan oleh pekerja teknik, seperti regresi linear multiple, analisis trend permukaaan dan analisis faktor. Statistika model berfungsi untuk mengetahui beberapa parameter lingkungan pengendapan atau memprediksi respon dari suatu elemen dengan elemen lain dalam sebuah proses-respon model.

Materinya Sedimentologi.