Wuih, sudah tahun baru saja.
Banyak yang sudah dilewati di tahun sebelumnya. Buatku sendiri, tahun 2012
merupakan tahun terkelam yang pernah kualami dari tahun-tahun sebelumnya.
Dimulai dari awal tahun. Aku harus menghadapi masalah besar dari orang-orang yang
tak bertanggung jawab yang hampir merampas sebagian hidupku, akibatnya aku
harus menahan sakitku. Sakit hati, sakit fisik, untung saja belum sakit jiwa.
Untung saja aku masih punya sahabat dan keluarga yang setia selalu mendengar
keluh kesahku dan juga membantu mencari jalan keluar. Aku juga kehilangan orang
yang paling kucintai. Bapakku, Sy. Drs. Lormantua Girsang. Tutup usia 52 tahun
pada tanggal 25 Oktober. Aku bagai mendapatkan kiamat kecil pada saat itu.
Beban dipundakku semakin berat ketika cita-cita yang kami ukir bersama harus
sirna bersamaan dengan kepergiannya.
Selain itu, ada beberapa hal baik
yang kualami sepanjang tahun 2012. Diantaranya aku sudah ke Manado, walaupun
aku belum sempat bercerita pengalamanku ke bapak. Selain itu di penghujung akhir
ini aku dapat hal yang ‘berbeda’ dari tahun sebelum-sebelumnya menurutku.
Diantaranya, Ketika aku mencoba berlari dari kenyataan, aku justru mendapat
sebuah pelajaran, kenyataan lebih indah dan menantang daripada sebuah pelarian.
Ketika aku merasa sudah cukup dengan orang-orang yang kupunya, ternyata aku
salah besar. Aku masih punya orang-orang yang mungkin selama ini dekat
denganku, dan aku mengabaikannya. Ketika aku berfikir mencintai sebuah hal yang
rumit, tapi sebenarnya mencintai itu hal yang sederhana. Ketika aku mencintai
seseorang dengan cara yang sederhana, tapi seharusnya kita mencintai dengan hal
yang rumit. Intinya, mencintai tak serumit yang kita pikirkan tapi tak
sesederhana yang kita lakukan.
Hal-hal kecil diatas kudapat
ketika aku berada dalam pelarian dan tak sengaja menyelami kehidupan seseorang
di penghujung tahun ini. Mulai dari pandangannya terhadapku ketika pertama kali
bertemu dulu, sampai soal kehidan cintanya yang menurutku sederhana, tapi dia
melakukan tidak dengan cara yang sederhana. Hal-hal kecil tapi bermakna yang
kudapat dari dia:
1 1. Sahabat belum tentu mereka yang kau
anggap sahabat
Aku punya 4 sahabat yang
kebetulan pria semua. Dengan keberadaan mereka, aku merasa cukup. Aku sedikit
mengabaikan orang lain yang mungkin juga care terhadapku melebihi ke-4 orang
ini. Misalkan saja, aku punya teman dikampus. Dia anggap cuma aku perempuan
seangkatan dia yang bisa dia andalkan. Tapi aku suka mengabaikan dia.
Menganggap itu hal biasa dari sebuah pertemanan. Tapi justru ketika dia PDKT
sama cewek sampai dia jadian, dia bercerita pertama kali kepadaku. Dia
jarang datang ke sidang/seminar kawan seangkatan. Tapi untukku dia malah
menanti. Yah, mungkin dia juga bisa dianggap sahabat kan?
Ada juga ketika aku suntuk dengan tiket sarjanaku
(Re: skripsi), aku berlari dari kenyataan untuk sementara. Siapa yang
menemaniku berlari? Yah, dia salah satu yang kuabaikan. Yang sekarang justru
aku merasa mendapat pembelajaran. Ketika kekasihnya keberatan dengan
keberadaanku saat bersamanya, dia justru merasa itu hal yang wajar. Dia kasih
pengertian kekasihnya, dia lebih dahulu mengenalku jauh sebelum dia mengenal
kekasihnya. J
Sebaliknya justru terjadi dari mereka yang kuanggap
sahabatku, ketika salah satu sahabatku punya kekasih, aku bagaikan disisihkan
dan diabaikan dengan alasan, aku tak mungkin berdampingan dengan kekasihnya
pada saat itu. Lama-kelamaan tercipta jarak. Bukannya menciptakan kejernihan,
justru menciptakan kekeruhan.
Hal penting yang kudapat, bukan berarti mengabaikan
mereka yang selama ini kuanggap sahabat, tapi ternyata ada orang yang selain
mereka sahabatku yang ternyata peduli samaku. Aku tidak harus cukup puas dengan
mereka yang kumiliki sekarang, tapi ada juga orang lain yang merasa memilikiku.
Mungkin posisinya bisa sama dengan sahabatku buatku.
2 2. Kenyataan lebih indah daripada sebuah
pelarian.
Pelarian, hal yang paling
sering kulakukan sampai kuliahku terbengkalai sampai sejauh ini. Ketika aku
jenuh dengan apa yang kulakukan sekarang, aku mencari suasana baru. Bogor,
Jakarta, Jogja, Purwokerto, tempat yang sering kujadikan pelarian. Betapa tidak
sadarnya aku dengan waktu yang terbuang percuma pada saat itu. Beda dengan dia
yang mencoba mencari tujuan hidup dengan sisi idealisnya. Bukan dia tak mampu,
tapi dia tak mau. Tak mau harus menjilat dan merasa direndahkan orang lain.
Beda denganku yang kemana arah membawaku, kesitu aku akan melangkah. Ikut arus
namanya. Kalau kata Sujiwo Tejo, Yang ikut arus hanya sampah dan kotoran. Aku
masih tidak terlalu berani ambil sikap dan kebijakan.
Misalkan, aku sekarang punya kedudukan, yang mungkin
tidak seberapa. Aku harusnya bisa memposisikan kedudukanku sebagai kenyataan,
bukan cuma sekedar pelarian. (Yah, rahasia pribadiku kenapa aku mengganggap selama
ini kedudukanku sebagai pelarian. J )
3 3. Mencintai
tak serumit yang kita pikirkan tapi tak sesederhana yang kita lakukan.
Ketika ku mendengar ceritany tentang betapa kecewanya dia
terhadap kekasihnya, hal pertama yang ada di pikiranku, kasihan dan konyol.
Kenapa kita harus kecewa berlarut-larut? Kenapa harus sampai membencinya,
padahal dia yang dulu dicinta? Dan yang lebih konyol lagi, dia menceritakan
kisahnya ke banyak orang yang menurutku akan banyak orang yang merasa dia itu
korban cinta dan bodoh sekali. Tapi itulah caranya. Dia mencintai dengan
caranya yang sederhana, tapi sebenarnya rumit bagi yang dia cintai.
Aku pernah mengalami hal hampir sama seperti dia. Aku sulit
melupakan orang yang telah menyakitiku. Sampai-sampai aku mencari pelarian
untuk melupakannya. Beda dengan dia yang bukan mencari pelarian, justru
menikmati sakit hatinya dengan beberapa atau mungkin banyak orang disekitarnya.
Mencintai tak serumit yang kita pikirkan, mencintai hanya soal sederhana. Kau
mencintai dia apa adanya, bukan karena cantiknya ataupun hebatnya.
Itu beberapa hal yang kudapat
dari dia dipenghujung tahun ini. Saat ini dia sedang bertapa mencari wangsit
dan petunjuk di kota tempat dia dibesarkan. Semoga dia segera mendapat petunjuk
dan segera kembali ke kotanya yang lain saat dia pernah meraih cita dan
cintanya.
Banyak hal yang bisa kaudapatkan. Darimana saja,
siapa saja, atau kapan saja.