Soekarno dan Nelson Mandela



Beberapa waktu belakangan ini, saya membaca buku biografi Nelson ‘Madiba’ Mandela, Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan. Kemudian saya disuguhkan bacaan yang tidak kalah menarik tentang Sukarno, Presiden Pertama Republik Indonesia di www.rosodaras.wordpress.com. Banyak kesamaan diantara keduanya yang membuat saya kagum.
Sukarno dan Mandela hidup di waktu yang berbeda. Walaupun mereka pernah bertemu saat Konferensi Asia Afrika di Bandung, tapi mereka belum begitu mengenal satu sama lain. Adalah Mandela yang mengagumi Sukarno atas pidatonya di KAA. Sukarno secara tidak langsung membakar semangat Mandela dalam memperjuangkan hak Negaranya untuk merdeka dari jajahan Britania. Sukarno belum pernah menyampaikan kesannya terhadap Mandela, namun Sukarno pasti akan terkesan dengan Mandela seperti dia terkesan pada Mao Zedong dan Ho Chi Minh.
Kesamaan yang mencolok antara Sukarno  dan Mandela adalah, mereka sama-sama Bapak Bangsa, yang dicintai rakyatnya semasa mereka berkuasa. Dan yang tidak bisa kita lupakan adalah, mereka adalah pejuang bagi kemerdekaan bangsanya. Kesamaaan lain dalam kancah International, mereka anti imperialisme, terutama melawan kolonialisme dan diskriminasi atas kulit berwarna.
Sukarno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901 sementara Mandela lahir 18 Juli 1918 di Mvezo. Kedua pemimpin besar ini adalah keturunan Raja, namun mengalami yang namanya hidup susah, terutama pada saat masa muda saat mereka bermimpi dan berjuang negaranya untuk merdeka. Mereka juga beberapa kali masuk penjara atau dibuang ke pengasingan selama masa perjuangan mereka.
Bagaimana Sukarno mencintai rakyat Afrika, Sukarno membentuk blok baru yang tidak memihak kepada siapapun (Amerika atau Rusia dan Uni Sovyet). Sukarno menghimpun kekuatan dari negara Asia Afrika yang dahulu merupakan negara jajahan dari Eropa dan Amerika. Sukarno mengikutsertakan Afrika karena, gerakan Apertheid sangat kuat disana dan Afrika sendiri adalah negara jajahan dari Britania.
Bagaimana Mandela mencintai rakyat Indonesia, Mandela sangat menyukai Batik buatan Indonesia dan mempromosikan ke dunia dengan cara memakainya disegala kesempatan. Orang Afrika banyak mengenal Batik dengan ‘Mandela Shirt’. Selain itu, dia tidak melupakan Sukarno (bagian dari Indonesia) yang membakar semangatnya pada saat itu. Saat Mandela berkunjung kembali ke lokasi KAA di Bandung, Mandela bertanya mngapa tidak ada foto Sukarno dalam ruangan tersebut.

Baik Sukarno dan Mandela adalah pejuang bagi negaranya. Dari kedua pemimpin besar ini kita dapat mengambil kesan bahwa mereka sangat mencintai negaranya. Dan kita sebagai generasi penerus dapat meneruskan apa yang sudah mereka bangun (arni girsang).

Cintaku

Cinta tak selalu indah. Cintaku selalu rumit. Memilih untuk mencintai daripada dicintai. Sering menyia-nyiakan, tapi tak ingin disia-siakan.
Jatuh cinta bagiku tak pernah menjadi pilihan. Datang dan pergi begitu saja. Sesaat namun berkesan, pernah. Lama tapi menyakitkan juga pernah.
Cinta bagiku indah, bersama keluarga.

Cinta dengan Nya menenangkan.

Cinta dengan dia yang tak mungkin menjadi milikku, membuatku merasa nyaman.
Dia yang sudah menyakiti tak akan mungkin lagi ku cinta.
Dia yang sudah disakiti akan ku sampaikan beribu maaf.

Dia yang selalu ku cinta sampai saat ini, dan tak tau sampai kapan, namun tak pernah berharap untuk memiliki.
Dia Malamku. (pag)